- Denpasar (Bisnis Bali.com)-
Munculnya wacana Gubernur Bali untuk membatasi operasional Taksi Online di bali mendapatkan berbagai respon dari berbagai pihak. Apalagi sampai melakukan sidak untuk menertibkan kelangsungan usaha penyediaan transportasi berbasis aplikasi tersebut di Bali.
Dewa Made Suwekejana, seorang pengemudi taksi online di Bali membenarkan adanya informasi pembatasan transportasi oleh pemerintah tersebut. Pembatasan tersebut menurut dia, hanya akan berlaku bagi kendaraan (mobil) yang berplat dari luar Bali.
“Yang dibatasi itu, hanya driver yang mobilnya berplat di luar Bali. Mobil yang dilengkapi dengan izin Angkutan Sewa Khusus (ASK) bisa beroperasi di Bali. Info yang saya dengar sih seperti itu,” katanya, Minggu 22 September 2019.
Ia menyebutkan pemerintah Bali telah menyidak kantor-kantor aplikasi transportasi online, seperti Go-jek dan Grab. Tujuan sidak tersebut tak lain untuk mencari pengemudi yang mobilnya berplat dari luar Bali.
“Kalau gak salah kemarin ada sidak di kantor Go-jek dan Grab, mencari pengemudi yang platnya luar Bali,” ujarnya.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi asal Bali Prof. Sri Gede Darma berpandangan lain, keberadaan bisnis transportasi berbasis aplikasi tersebut harus didukung. Menurut dia, kehadiran bisnis berbasis digital ini memberikan kontribusi tinggi terhadap perekonomian Bali.
Go-jek, salah satu superapp yang terintegrasi, dan melayani transportasi berbasis aplikasi, diakui Sri Gede Darma mampu mendorong pengembangan berbagai lini bisnis di Bali. Termasuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
“Kontribusi Gojek sangat tinggi terhadap perekonomian Bali, menghidupkan semua lini bisnis. Gojek merupakan salah satu pendorong munculnya model bisnis digital di masa mendatang termasuk UMKM di Bali. Seluruh pelaku bisnis mesti shifting ke ranah digital. Mereka yang tidak bergeser atau berpindah ke basis digital, dipastikan bisnisnya gulung tikar,” katanya, Jumat 20 September 2019.
Ia juga menyampaikan bahwa banyak masyarakat “pendatang” Bali yang berlomba menjadi mitra pengemudi yang tergabung dalam layanan Aplikasi Karya Anak Bangsa tersebut. Mereka beralih profesi dari tukang kayu di Jawa menjadi pengemudi Go-jek di Bali.
Sesungguhnya Go-jek, lanjut Sri Gede Darma, telah memberikan pengaruh sangat positif terhadap perubahan perilaku masyarakat Bali. Go-jek juga membuka midset masyarakat yang tinggal di Bali agar berpkir lebih maju.
“Go-jek membuka mindset masyarakat yang tinggal di Bali, bahwa kini zaman telah berubah dan hidup kini semuanya ada dalam genggaman tangan,” ujarnya.
Salah satu UMKM yang berpotensi sangat tinggi di Bali seperti Gula, dapat menggunakan layanan jasa perusahaan yang menjadi jembatan ekonomi nasional itu. Magnet Gula disebut Sri Gede Darma sebagai magnet perputaran ekonomi Bali.
Menurut hasil riset Lembaga Demografi Universitas Indonesia, Go-jek berkontribusi Rp 1,9 triliun pada perekonomian Kota Denpasar pada 2018. Sedangkan kontribusi Go-Ride pada 2018 meningkat hingga lebih dari 2 kali lipat dari 2017. Kontribusi Go-Food pada 2018 meningkat lebih dari 60 persen dari 2017. Sementara itu, mitra Go-Car berkontribusi sebesar Rp 190 miliar pada 2018 dan mitra GoLife berkontribusi sebesar Rp 48 miliar pada 2018.*kup