Singaraja (bisnisbali.com) – Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana melontarkan pujian kepada para komunitas peduli lingkungan yang selama ini aktif memerangi sampah, khususnya sampah plastik, di Buleleng.
Menurut Bupati Agus, anggota komunitas ini merupakan relawan lingkungan yang siap bekerja tanpa harus dibayar.
Bahkan, Bupati PAS, panggilan akrab Bupati Suradnyana, menyindir sejumlah pihak yang selama ini hanya mengkritik melalui media sosial tanpa mau berbuat nyata untuk lingkungan.
“Kalau mereka (komunitas peduli lingkungan) ini tidak bermain-main medsos, tetapi bekerja,” kata PAS sesaat sebelum mengukuhkan Forum Komunitas Peduli Lingkungan (FKPL) Kabupaten Buleleng, di Seririt, Sabtu (21/9).
Dikatakan PAS, selama ini banyak orang yang mencoba memviralkan hal-hal yang kurang baik, khususnya masalah sampah, di media sosial. Hal itu menurutnya bukanlah sesuatu yang dilarang. Bahkan, Bupati Agus menganggap itu sebagai sebuah cambuk bagi Pemerintah Daerah untuk bekerja lebih keras lagi dalam mengatasi masalah sampah.
Namun demikian, Bupati asal Desa Banyuatis ini menilai tetap ada sisi negatif dari tindakan tersebut. Karena, hal itu dianggap ada upaya mempromosikan sampah secara negatif yang ada di Buleleng. “Karena sekarang era global. (Sampah) difoto, lalu diunggah di medsos, dan tampil di seluruh dunia. Hal itu membuat kunjungan wisatawan kita menurun,” paparnya.
Untuk itu, dirinya memuji aksi nyata sejumlah komunitas peduli lingkungan yang selama ini banyak berbuat untuk Buleleng. Menurutnya, upaya konstuktif di bidang lingkungan yang sudah dilakukan selama ini jauh lebih bermanfaat ketimbang melontarkan kritik tanpa mau berbuat. “Mereka (komunitas peduli lingkungan) dengan senang hati hadir di sini dan mendeklarasikan diri untuk membantu mengelola sampah. Ini yang kami tunggu sebenarnya. Saya tidak mau ada orang yang hanya ngomong saja, memfoto sampah, lalu meviralkan, sehingga membuat daerah kita malu dilihat,” tambah suami dari Aries Sujati ini.
Lebih lanjut dikatakan, upaya edukasi kepada masyarakat harus terus dilakukan. Masyarakat harus mengubah pola perilaku dalam mengatasi sampah. Hal yang terbaik menurut Ketua DPC PDI Perjuangan Buleleng ini adalah dengan upaya 3R, Reduce-Reuse-Recycle.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kab.Buleleng Putu Ariadi Pribadi menjelaskan, pembentukan FKPL Kabupaten Buleleng sebagai bagian dari upaya DLH dalam menggerakkan elemen masyarakat dalam menangani masalah sampah.
Dikatakan, selama ini Pemerintah Daerah telah mengeluarkan program aksi bersih-bersih sampah, salah satunya Bali Resik Sampah Plastik. Hal itu sudah menunjukkan hasil yang signifikan dalam menekan timbulan sampah, khususnya sampah plastik.
Namun demikian, lanjut Ariadi, upaya tersebut hendaknya diikuti dengan upaya edukasi masyarakat untuk sadar lingkungan, dan pergerakkan elemen masyarakat secara mandiri.
“Itu sebabnya, selain gerakan Bali Resik dan aksi World Clean Up Day 2019, hari ini juga launching Bank Sampah Induk E-Darling dan Pengukuhan Forum Komunitas Peduli Lingkungan Kabupaten Buleleng,” terangnya.
Kepala Dinas termuda di Buleleng ini melanjutkan, aksi bersih-bersih dan edukasi sadar lingkungan yang dikombinasikan dengan  gerakan massa oleh komunitas peduli lingkungan diharapkan dapat membawa perubahan positif dalam pengelolaan sampah di Buleleng.
Di sisi lain, Koordinator I FKPL Kabupaten Buleleng Made Wilasa mengatakan, pada program Edukasi Sadar Lingkungan (E-Darling) yang digagas DLH Buleleng, pihaknya nanti akan membagi diri menjadi tiga chapter, masing-masing di Buleleng Timur, Buleleng Tengah, dan Buleleng barat.
“Nanti inilah (chapter) yang akan kami maksimalkan teknis kerjanya. Seperti apa kegiatannya, yang mana harus dilaksanakan, yang disasar apa, dan yang dilibatkan siapa,” jelasnya.
Pegiat lingkungan dari Komunitas Trash Hero Buleleng ini juga menambahkan, pihaknya akan segera memprogramkan gerakan bersih-bersih (celan up day) tiap seminggu sekali. Ada pun yang menjadi sasaran nantinya adalah di lokasi-lokasi yang terjadi penumpukan sampah. Aksi itu pun nantinya akan tetap melibatkan masyarakat sekitar. *ira