Surabaya (bisnisbali.com) – Hasil mengolah sampah menjadi produk bernilai ekonomis tinggi menjadi kompos, pelet makanan ikan hingga listrik yang dilakukan Kota Surabaya semua diperuntukkan untuk masyarakat. Itu karena infrastruktur seperti bangunan dan alat tidak dari investasi asing, melainkan dari pemerintah daerah setempat.
Kabid Sampah dan Limbah Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Pemkot Surabaya Andhini Kusumawardani di Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan mengatakan, keberadaan PDU selain agar sampah bisa dipilah dan didaur dari awal dan hasil bisa dirasakan langsung oleh pekerja, juga mengurangi pasokan kiriman sampah ke TPA.
“Kami berdayakan para pemulung dan penggrobak sampah. Dalam sehari, PDU Jambangan bisa mengelola sekitar 5-6 ton sampah,” katanya.
Menurutnya sebelum diolah, sampah-sampah yang terkumpul akan dipilah terlebih dahulu, untuk memisahkan sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik bisa pres dan dijual ke pengepul menjadi uang, sementara sampah organik bisa diolah menjadi pupuk. Uang tersebut dibagikan semua ke pekerja.
Pupuknya itu untuk taman-taman di Surabaya, teapi tidak boleh dijual.
“Warga Surabaya juga bisa mendapatkannya secara gratis, cukup dengan menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP),” paparnya.
Benefit yang diperoleh selain dari sisi ekonomis yang paling utama adalah lingkungan bersih.
“PDU berada di atas lahan sekitar 2.910 meter persegi, dengan bangunan gudang berukuran 20×15 meter persegi semua biaya dari Pemkot Surabaya dengan tafsiran investasi Rp 2 milyar,” paparnya.
Sementara itu Koordinator Pusat Daur Ulang Jambangan Hadi mengatakan rata-rata sampah yang masuk sekitar 6 ton/hari. Sampah yang masuk langsung dipilah. Yang sampah organik lalu dicacah dan diproses menjadi sampah. Sedangkan yang nonorganik dikirim ke TPA Benowo untuk diolah jadi listrik.
“Selain jadi kompos, juga dihasilkan pelet untuk makanan ikan dan ternak,” jelasnya.
Salah satu kelebihan PDU Jambangan adalah penggunaan larva lalat tentara hitam untuk mempercepat proses pengomposan. Selain bisa digunakan sebagai kompos, larva lalat tentara hitam juga punya nilai tambah lain sebagai pakan ternak. Kelebihan lainnya adalah fasilitas ini juga dilengkapi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) mini yang bisa menghasilkan listrik 4000 Watt yang cukup untuk kebutuhan operasional PDU Jambangan.
Terkait hal tersebut Asisten III Bidang Administrasi Umum Setda Pemprov Bali I Wayan Suarjana didampingi Karo Humas dan Protokol AA Oka Sutha Diana saat mengunjungi PDU Jambangan mengatakan bertujuan untuk mengetahui pengelolaan dan pengolahan sampah di Kota Pahlawan ini. Ia menilai makin tingginya peran dan kesadaran warga dalam menangani kebersihan, sehingga sampah tak sampai mencemari lingkungan. Bahkan dari sampah ini telah membuka lapangan kerja dan menghasilkan kompos dan pelet.
Keberhasilan penanganan sampah di Surabaya selain adanya komitmen pemerintahnya juga tingkat kesadaran masyarakatnya begitu tinggi akan kebersihan khususnya masalah sampah. “Di Bali bisa dicoba ini dan pasti bisa sebab untuk pengolahan sampah tak memerlukan investasi begitu besar. Sementara manfaatnya sangat besar baik untuk warga juga lingkungan,” ujarnya.*dik