Denpasar (bisnisbali.com) –Perang dagang antara AS dan Cina berimbas pada sektor industri termasuk sektor usaha mikro kecil dan menengah.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Prof. Dr. I Wayan Ramantha, Selasa (17/9) mengatakan, perlambatan ekonomi secara global dirasakan sektor industri termasuk perbankan.
Ia mengungkapkan, perang dagang AS-Cina akan dirasakan secara tidak langsung oleh lembaga jasa keuangan (LJK) termasuk perbankan, mulai BPR, bank umum, pasar modal dan LJK yang lain.
Prof. Ramantha menjelaskan, perang dagang AS-Cina juga berdampak secara makro ekonomi. Pertumbuhan ekonomi secara nasional dan pertumbuhan ekonomi Bali tidak mencapai target. “Ini akibat ekonomi makro mengalami perlambatan,” katanya.
Dipaparkannya, perlambatan ekonomi secara makro juga dirasakan industri bank perkreditan rakyat (BPR) di Bali. Sebagian BPR akan merasakan perlambatan penggaetan dana pihak ketiga baik deposito maupun tabungan.
Lebih lanjut dikatakannya, masih banyak BPR yang merasakan dana idle. Dana idle diakibatkan BPR kesulitan menyalurkan kredit. “Akibat perlambatan ekonomi, BPR akan kesulitan menyalurkan kredit,” katanya.
Prof. Dr. I Wayan Ramantha menegaskan, perang dagang AS – Cina secara tidak langsung berdampak pada operasional BPR. Kredit yang disalurkan BPR ke sektor UMKM diharapkan secara bertahap bisa mengeliatkan sektor usaha dan perekonomian Bali. *kup