Denpasar (bisnisbali.com)-Banyaknya jumlah akomodasi di Bali berdampak pada terjadi perang tarif kamar hotel. Plt. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa, Senin (16/9) meminta pariwisata Bali jangan dijual murah sehingga pengelola akomodasi diharapkan menerapkan tata kelola manajemen yang baik.
Pengelola akomodasi yang menerapkan manajemen yang baik semestinya tidak melakukan banting tarif. Dengan manajemen yang baik, akomodasi di Bali akan menerapkan tata kelola akomodasi yang berstandar internasional.
Setiap akomodasi tentu memiliki pangsa pasar yang berbeda-beda. “Tidak mungkin home stay akan bersaing dengan hotel berbintang karena pasar berbeda,” ucapnya.
Wisatawan yang ingin tinggal bersama masyarakat bisa memilih menginap di home stay atau rumah penduduk yang disewakan. Oleh sebab itu, pengelola akomodasi semestinya tidak boleh ribut-ribut berebut pasar. Hotel maupun akomodasi lain tidak boleh di jual murah. Antarpengelola akomodasi tidak boleh saling banting tarif sehingga akan merusak tatanan akomodasi di Bali.
Pengelolaan akomodasi di Bali tidak boleh lepas dari kearifan lokal. Setiap akomodasi wajib memiliki standar pelayanan yang tidak boleh lepas dari kearifan lokal. Menurutnya , selain standar pelayanan pengelola akomodasi wajib menerapkan sapta pesona. Dengan suasana bersih aman dan nyaman wisatawan tentu akan tinggal lebih lama di Bali.
Putu Astawa menegaskan masing-masing akomodasi mesti memiliki segmentasi paaar yang jelas. Wisatawan yang berkantong tebal bisa menginap di hotel hoteldi Sanur, Kuta dan Nusa Dua. Sementara wisatawan yang menginginkan kehidupan masyarakat secara langsung bisa menginap di home stay. “Semua akomodasi mesti mengedapan kualitas layanan kepada wisatawan ,” tambahnya. *kup