TAMAN Nandiswara, Sabtu (14/9) lalu, juga diresmikan bersamaan dengan gedung balai budaya Giri Nata Mandala. Taman Nandiswara yang dibangun di pintu gerbang utama pusat pemerintahan (Puspem) Badung tersebut dilengkapi dengan 9 lembu yang melambangkan kemakmuran.
Kepala Dinas Kebudayaan Badung IB Anom Basma mengungkapkan, sebelum diresmikan, taman dan balai budaya dipelaspas secara bersamaan. Upacara pamelaspasan dipuput sembilan sulinggih Siwa Buddha, 8 di balai budaya dan satu sulinggih di Taman Nandiswara. “Khusus di Taman Nadiswara dipuput oleh Ida Pedanda Gede Pasuruan Manuaba dari Geria Magelung Sangeh,” ujarnya.
Soal upakara yang digunakan, tegasnya, pamelaspasan menggunakan pragembal dan bebangkit. Upakara dilengkapi dengan pecaruan 2 ayam hitam di kolam taman. Hitam merupakan simbolisasi Dewa Wisnu. Karena itu, makna pecaruan ayam hitam atau siap selem, sebagai penyucian air. Selain dua ayam hitam, upacara juga dilengkapi dengan pecaruan pancasato.
Taman ini, kata Anom Basma, juga dilengkapi dengan dua pelinggih tumbal negara. Pelinggih ini berfungsi secara niskala untuk menjaga areal puspem.
Ditanya mengenai filosofi lembu yang berjumlah sembilan, Kadis Kebudayaan Badung ini menyatakan lembu merupakan lambang kemakmuran yang datang dari sembilan penjuru mata angin. “Lembu lambang kemakmuran, sembilan adalah arah mata angin,” tegasnya.
Sesuai dengan program kekinian Badung angelus buana, dari Badung untuk Bali, lembu yang berjumlah sembilan ini sangatlah tepat. Badung berbagi kemakmuran untuk kabupaten lainnya di Bali. “Inilah yang mendasari pembangunan Taman Nandiswara yang dilengkapi dengan sembilan lembu berwarna hitam tersebut,” katanya. *sar