SERAPAN sapi Bali masih cukup tinggi, terutama menjelang hari raya umat Muslim khususnya Idul Adha. Permintaan pun melonjak.
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Provinsi Bali, tahun ini (2019), pemotongan hewan kurban khususnya sapi di Bali mencapai 2.001 ekor. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya (2018). Jumlah ternak sapi yang dipotong pada perayaan Idul Adha tahun 2018 mencapai 1.656 ekor.
Di samping itu, sebagaian sapi Bali juga dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan hewan kurban di luar Bali. Tahun 2019, sekitar 30.600 ekor sapi Bali dialokasikan untuk dikirim ke luar daerah. Jumlah ini juga mengalami peningkatan dari tahun 2018. Tercatat tahun 2018, jumlah ternak sapi Bali yang dikirim ke luar Bali mencapai 28.000 ekor.
Beberapa wilayah di luar Bali menjadi tujuan pengiriman yaitu mulai dari Pulau Jawa, Sumatera hingga ke Banjarmasin.
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali I Wayan Mardiana mengatakan, sapi Bali memang menjadi incaran masyarakat terutama luar Bali saat perayaan Idul Adha. Pada dasarnya, kata Mardiana, permintaan sapi Bali terus bertambah setiap tahun. Namun pihaknya harus mengatur permintaan berdasarkan dinamika populasi ternak sapi di Bali. Hal ini dilakukan agar populasi sapi Bali tidak mengalami kepunahan. “Kalau kita ikuti semua permintaan, sapi Bali akan habis, Makanya kita atur berdasarkan dinamika populasi yang kita miliki agar jangan sampai membuat populasi sapi Bali terganggu,” ucapnya.
Dikatakannya, saat ini populasi sapi Bali khususnya sapi potong mencapai 527.838 ekor. Jumlah ini sebenarnya telah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Rekapitulasi jumlah populasi sapi Bali tahun 2018 tercatat 526.159 ekor serta tahun 2017 jumlah populasi sapi Bali mencapai 507.749 ekor.
Jika dilihat dari jumlah populasi di masing-masing kabupaten/kota, populasi tertinggi di Kabupaten Buleleng yang mencapai 133.752 ekor serta tertinggi kedua terdapat di Kabupaten Karangasem dengan populasi 123.760 ekor. Selanjutnya, secara berurutan dari yang tertinggi yaitu di Kabupaten Bangli ada 66.989 ekor, Gianyar 48.268 ekor, Tabanan 43.842 ekor, Klungkung 42,918 ekor, Jembrana 31.673 ekor, Badung 29.874 ekor dan Kota Denpasar 6.744 ekor.
Untuk terus menambah populasi, hal yang bisa dilakukan yaitu menggencarkan sosialisasi Upsus Siwab (upaya khusus sapi indukan wajib bunting). Upaya ini dilakukan agar semua sapi indukan yang memang pada posisi kawin harus dikawinkan melalui inseminasi buatan.
Sementara itu, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) I Ketut Diarmita mengatakan, selain menggencarkan upaya upsus siwab, Bali ke depannya juga lebih melakukan peternakan intensif. Hal ini dikarenakan jumlah lahan di Bali kian menyempit seiring laju pertumbuhan penduduk. “Proses beternak ekstensif (di luar kandang) sudah tidak mungkin di Bali. Untuk itu peternak harus beternak intensif untuk menghasilkan sapi-sapi gemuk dan berkualitas,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga mengimbau kepada suluruh rumah potong hewan (RPH) yang ada untuk tidak memotong sapi betina produktif. Hal ini juga membantu menjaga populasi sapi agar tidak berkurang.
Dikatakannya, dengan adanya program upsus siwab, memang mampu meningkatkan jumlah populasi sapi. Secara nasional populasi meningkat dari 14 juta ekor menjadi 18 juta ekor. Namun di sisi lain, laju pertumbuhan penduduk juga terus meningkat yang mempengaruhi meningkatnya permintaan. Untuk itu, dikatakannya, impor masih dilakukan. *wid