Denpasar (bisnisbali.com) – Pergub Nomor 79/2018 tentang Penggunaan Busana Adat Bali, mampu mendongkrak permintaan kain tenun Bali (endek). Permintaan yang mengalami lonjakan menurut Kepala Bidang Perindustrian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, I Gde Wayan Suamba, S.E., tidak diimbangi peningkatan jumlah SDM penenun, karena dinilai kurang bergengsi.
Ia memaparkan, perhatian Gubernur Bali sangat besar bagi kemajuan UMKM ini. Dengan Pergub 79 dan Pergub 99 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Kerajinan Bali, sangat meningkatkan peran industri kecil di Bali.
“Permintaan tenun Bali meningkat sangat signifikan. Hal ini tentunya membuat industri kecil makin menggeliat,” katanya, Rabu (11/9).
Ia mengungkapkan, kendala selama ini dalam pengembangan kain tenun adalah bahan baku berupa benang. “Saat ini sudah kami fasilitasi memperoleh benang produk dalam negeri, selama ini kain diimpor dari India dan Cina sehingga harga tinggi. Sekarang kita fasilitasi ke Tegal, Jawa Tengah,” katanya.
Biasanya bahan baku selalu jadi masalah tiap tahun. Dengan adanya alternatif bahan baku benang tensel dari Tegal, perajin tidak kesulitan lagi. Harganya kompetitif dengan benang katun, bahkan lebih murah tapi kualitasnya lebih bagus. Benang ini sudah banyak digunakan perajin di Bali, sehingga tidak ada lagi persoalan bahan baku seperti yang selama ini dihadapi perajin harga melambung tapi benang tidak ada.
Persoalan lain sekarang adalah jumlah perajin tenun yang terbatas dan tidak ada regenerasi. “Sebenarnya kita kekurangan SDM penenun. Anak muda kurang tertarik menjadi penenun, karena dianggap kurang keren ya. Padahal, penenun dan tukang jahit sangat dibutuhkan, tapi kurang diminati,” katanya.
Sekarang yang mau menenun kebanyakan adalah ibu-ibu rumah tangga, ini yang jumlahnya meningkat. “Kita berikan pelatihan dan bimbingan teknis, kemudian juga fasilitasi perizinan teknis. Menenun dijadikan pekerjaan sambilan, setelah memasak dan mengurus anak. Ini sangat membantu perekonomian keluarga,” ungkapnya.
Sementara jumlah unit usaha IKM di Bali dari tahun ke tahun dikatakan terus meningkat. IKM yang menonjol adalah produk tekstil termasuk tenun, kemudian produk kayu, perhiasan perak, kerajinan anyaman. IKM hampir merata di seluruh Bali dan hampir semua jenis tersebut orientasi ekspor. “Makanya 60 persen nilai ekspor Bali itu dari industri termasuk kerajinan. Artinya peran sektor industri kerajinan itu besar terhadap nilai ekspor Bali,” katanya. *pur