Banyak wisatawan menyoroti wilayah Bali yang dihadapkan dengan fenomena sampah plastik. Sejauh mana komitmen pariwisata Bali menangani sampah plastik serta sampah kiriman di kawasan perairan Bali?
SAMPAH yang terus menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi momok bagi pariwisata Bali. Ini bisa dimanfaatkan pesaing untuk menjatuhkan pariwisata Bali.
Dewan Pembina DPD Asita Bali, Bagus Sudibya mengatakan tidak hanya Bali, negara besar di Eropa juga melalui proses revolusi melawan sampah terutama sampah plastik. Pariwisata Bali tidaklah salah jika bercermin dari upaya negara-negara Eropa dalam penanganan sampah plastik.
Ia menjelaskan, negara-negara di Eropa menangani sampah plastik dengan pamahaman melalui jalur pendidikan. Penanganan sampah plastik ini dilakukan dengan tindakan holistik, tindakan terintegrasi dan terencana serta berkesinambungan.
Dalam jangka waktu 10 tahun, Eropa terutama negara maju seperti Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, Belanda dan sekitarnya selesai menyusun program perang melawan sampah. Dengan programnya, negara-negara di Eropa nyaris terbebas dari masalah sampah.
Dipaparkannya, pemerintah bersama stakeholder pariwisata menggaungkan program suksma Bali. Melalui program clean up day dan edukasinya, kepedulian masyarakat terutama menangani masalah sampah khususnya sampah plastik bisa makin tinggi.
Menurut Bagus Sudibya, dalam penanganan masalah sampah perlu perencanaan yang holistik dan profesional. Dalam penanganan sampah perlu sumber dana, ada sumber daya, dan ada kesadaran masyarakat, pemerintah dan pengusaha untuk menangani sampah plastik. Perlu adanya aturan jelas dan sanksi yang tegas dalam penanganan masalah sampah.
Di Bali sungai ditempatkan di belakang terkadang dijadikan tempat membuang sampah dan limbah. Perlu paradigma baru untuk mengubah konsep pemanfaatan sungai untuk membuang sampah dan limbah tersebut.
Di negara maju sungai itu ditempatkan di depan rumah. Sungai dijaga kebersihan, kenyamanan dan keamanannya. Sungai di depan rumah dijadikan tempat mereka berjalan, berekreasi dan tempat bersantai.
Ia melihat kebersihan sungai mesti dijamin dan dipelihara. Jika kita memiliki keinginan yang sama, penanganan sampah di sungai dan di pesisir pantai termasuk ancaman sampah kiriman ini bisa ditangani bersama-sama.
Penanganan kebersihan dan sampah di Bali bisa meniru cara penanganan di Eropa. Kita belajar penanganan sampah di Eropa selanjutnya dijalankan. Sampah pasti bisa didaur ulang menjadi produk yang lebih bermanfaat.
Konsul Kehormatan Afrika Selatan untuk Bali ini menilai, jika tidak tertangani dengan baik masalah sampah plastik bisa mendegradasi nama pariwisata Bali. Masa depan pariwisata Bali tergantung kemampuan masyarakat Bali dalam mengelola sampah plastik.
Sampah plastik ini akan merusak biota laut. Jika tidak mampu mengolah sampah plastik pariwisata Bali akan diibaratkan rumah sampah plastik. Untuk itu, penanganan sampah plastik mesti dilakukan secara berkelanjutan dengan kebijakan yang holistik dari pemerintah. “Masa depan pariwisata Bali akan ditentukan komitmen seluruh komponen dalam penanganam masalah kebersihan dan penanganan sampah plastik,” tegasnya
Bagus Sudibya menambahkan, potensi sampah plastik ini bisa dijadikan energi terbarukan. Pengolahan ini menggunakan teknologi yang bersifat ramah lingkungan. Ini dengan mengolah sampah plastik dan sampah organik menjadi energi listrik. Uap panas dari sampah diolah menjadi energi listrik.
Ketua Panitia Suksma Bali, I Gusti Agung Ngurah Darma Suyasa mengatakan, selama ini pesaing pariwisata Bali sedang menyoroti Bali kerena dihadapkan masalah sampah plastik. Melalui program suksma Bali dengan kegiatan world clean-up day pelaku pariwisata Bali mengedukasi masyarakat guna mewujudkan Bali bersih.
Melalui program suksma Bali diharapkan dapat menciptakan kebersamaan yang lebih kuat sesama warga Bali dan masyarakat yang berdomisili di Bali dari berbagai elemen. Pemerintah bersama masyarakat dan pelaku pariwisata antara lain mewujudkan Bali bersih.
Ia mencontohkan dalam kegiatan world clean-up day 2018, stakeholder pariwisata bersama masyarakat berhasil mengumpulkan kurang lebih 13.784 kg sampah organik dan 8.714 kg sampah plastik.
Kegiatan bersih-bersih sampah ini juga diikuti dengan edukasi masyarakat di tingkat rumah tangga. Sampah plastik di tingkat rumah tangga merupakan bagian sumber sampah plastik.
Dikatakannya, melalui kegiatan edukasi dalam even world clean-up day, pelaku pariwisata mengajak seluruh komponen masyarakat guna membersihkan sungai dan pantai.
Seluruh stakeholder pariwisata dan nonpariwisata mendukung penuh dan berpartisipasi dalam kegiatan world clean-up day tanggal 21 September 2019. Ini sebagai wujud berterima kasih kepada alam.
Dalam teknis pelaksanaan di lapangan, kegiatan bersih-bersih ini bekerja sama dengan seluruh industri pariwisata, baik yang terkait langsung maupun tidak, dunia pendidikan, LSM, dan masyarakat lokal.
Ngurah Darma Suyasa meyakinkan kegiatan bersih-bersih akan dilakukan bersamaan di 9 kabupaten/kota se-Bali. “Dengan gerakan suksma Bali yang berkesinambungan diharapkan tercipta destinasi Bali yang makin berkualitas dan berkelanjutan,” tambahnya. *kup