Sudah menjadi hal klasik yang selalu dialami para petani saat memasuki musim panen raya. Harga pun anjlok hingga titik terendah. Petani bawang merah asal Desa Buahan Kintamani Bangli Ketut Raden menyatakan, saat ini harga bawang merah lokal anjlok. Kenapa?
DI tangan petani harga bawang merah hanya Rp 10 ribu per kilogramnya, padahal biasanya bisa dijual mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu per kilogramnya. “Kalau dibilang rugi sih tidak, tetapi kalau dihitung untung tipis sekali. Tetapi ya miris juga karena menjadi hal yang terus berulang saat panen raya tiba harga selalu turun. Saat ini penurunannya sangat drastis,” ungkap I Ketut Raden, salah seorang petani bawang merah di Desa Buahan, Kintamani. Naiknya harga bawang lokal ini sangat disayangkan karena masuknya bawang luar utamanya bawang dari Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Hal inilah yang membuat harga bawang lokal jadi turun utamanya saat memasuki musim panen raya seperti saat ini.
Dituturkannya, dibandingkan dengan bawang Bima, penampilan bawang Kintamani memang ukurannya lebih kecil. Namun untuk rasa, bawang lokal Kintamani dijamin memiliki rasa lebih enak. “Dari segi ukuran bawang Kintamani memang kalah, tetapi kalau bicara rasa, dijamin bawang Kintamani memiliki rasa yang lebih gurih dan enak. Masuknya bawang luar utamanya bawang Bima memang sangat disayangkan karena merusak harga di tingkat petani,” ungkap petani yang sudah menggeluti profesi bertani sejak 1991 ini.
Saat ini Ketut Raden mengelola lahan pertanian yang ditanami bawang merah 30 are. Dari jumlah ini, pihaknya bisa memanen bawang merah 3 ton lebih. Selain bawang merah Ketut Raden juga menanam komoditas lain seperti cabai dan tomat. Turunnya harga bawang merah di tingkat petani ini sudah dirasakan dari 3 minggu yang lalu. Dia berharap ada pihak ketiga atau pengusaha yang mau membeli bawang hasil panennya dengan harga yang lebih tinggi seperti yang sempat terjadi beberapa tahun yang lalu.
Anjloknya harga bawang merah ini diakui Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Bangli, I Wayan Sarma. Dia menegaskan, turunnya harga komoditas pada saat masa panen raya adalah hal yang sangat wajar. Pada saat panen raya komoditas yang sama tidak hanya ada di Bali saja namun juga produksi melimpah juga terjadi di luar Bali termasuk di NTB.
“Kita tidak bisa mencegah masuknya komoditas lain masuk ke pasar kita, apalagi saat tertentu seperti musim panen raya seperti kali ini. Harga yang turun dari biasanya pada musim panen raya adalah hal yang normal dan wajar terjadi. Hanya sekarang yang harus dilakukan oleh petani adalah bagaimana menyiasati agar tidak merugi,” terangnya.
Misalnya saja petani sudah harus berhitung untuk memanfaatkan lahan yang digarap tidak hanya pada satu komoditas sehingga ada komoditas pendamping saat harga turun.
Pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian Kabupaten Bangli hanya bisa berharap ada peran dari pihak ketiga atau pengelola jasa restoran, hotel, dan supermarket bisa ikut membantu petani lokal khususnya petani di Desa Kintamani ini utamnya saat panen raya, dengan ikut menampung hasil panen para petani, diharapkan apa yang menjadi program pemerintah melalui perda yang telah dibuat bisa direalisasikan. Para pelaku usaha besar di Bali mengutamakan hasil petani lokal terlebih dahulu.
Hingga saat ini, para petani bawang merah mulai menyiasati hasil panennya dengan memanen bawang merah secara bertahap, serta tidak serta merta menjual seluruh hasil panennya, namun menyimpannya lebih lama agar kondisi bawang makin kering. Bawang dalam kondisi kering harga jual justru akan bisa lebih tinggi dan bawang juga makin bagus.
Turunnya harga bawang ini, juga diakui Dewa Ayu Rai, salah seorang pedagang bumbu dapur di Pasar Kayuamba Bangli. Bawang yang sebelumnya harganya sempat meroket kini sudah mulai turun. Di pasaran bawang lokal atau bawang Kintamani dijual antara Rp17 ribu hingga Rp22 ribu per kilogramnya, tergantung dari ukuran dan kekeringan bawang merah. “Kalau sebelumnya harga bawang sempat mahal, namun hari ini harga bawang kembali turun yakni untuk bawang ukuran besar dan kerng harganya Rp 22 ribu per kilogramnya, harga ini dipastikan akan turun lagi karena petani bawang sedang memasuki masa panen raya saat ini,” ungkapnya.
Dewa Ayu tidak memungkiri ada komoditas bawang luar yang masuk ke pasaran dengan harga yang lebih murah antara Rp 2 ribu hingga Rp 5 ribu rupiah per kilogramnya, namun karena dirinya dan langganannya lebih menyukai bawang lokal Kintamani, bawang luar tidak dijual olehnya. Selain bawang merah bumbu dapur yang mengalami penurunan harga adalah tomat. Untuk cabai rawit harga sudah turun namun belum sedrastis harga bawang. *ita