Talas dapat Diolah Jadi Panganan Bernilai Ekonomis

500

DESA Wanagiri,  Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng belakangan dikenal masyarakat dengan desa wisata dan swafoto. Ternyata Wanagiri juga memiliki potensi di bidang budi daya yaitu produksi talas.

 Talas dapat diolah menjadi berbagai macam panganan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, ketimbang talas dijual mentah di pasar.
“Talas dapat diolah menjadi produk  mi talas,  nugget dari keladi, keripik balado dan bakwan. Tapi selama ini masyarakat Wanagiri hanya menjual talas mentah dan keripik talas saja,” tutur Ir. Luh Suriati, M.Si, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa.
Pengolahan talas menjadi berbagai panganan yang dapat dijadikan oleh-oleh khas Wanagiri sangat mudah. Seperti salah satunya pembuatan nugget talas yang membutuhkan bahan baku  500 gram talas/keladi kupas cuci bersih dan serut halus, 250 gram daging ayam blender, 6 siung bawang merah haluskan, 3 siung bawang putih haluskan, daun bawang iris tipis, daun seledri iris tipis, 1 butir telur, 250 gram tepung bumbu ayam dan 1/2 sendok teh penyedap rasa.
“Campur semua bahan sampai rata, kemudian kukus sampai matang, angkat biarkan agak dingin kemudian potong sesuai selera. Lalu lumuri tepung roti, goreng hingga kuning kecoklatan, sisa bisa disimpan di kulkas,” tutur Ni Kadek Suniati, Ketua tim kelompok pengabdian masyarakat  Unwar di Desa Wanagiri.
Kelompok dasa wisma desa Wanagiri  yang diketuai Ni Kadek Suniati, setelah mendapatkan pengetahuan tentang cara pengolahan talas menjadi produk yang dapat meningkatkan nilai ekonomisnya dan menjadi oleh-oleh khas Wanagiri menjadi lebih bersemangat dalam memproduksi.
Selama ini talas cuma dibuat keripik yang harganya Rp 1.000 per plastik kecil. Kemudian dengan di-upgrade sedikit produknya menjadi yang lebih modern, dengan desain kemasan yang bagus harga bisa meningkat hingga 5 – 7 kali lipat. Ini menjadi  sangat potensial untuk  dikembangkan.

“Apalagi produk ini sangat besar peluangnya untuk dipasarkan di supermarket. Jadi tidak hanya memenuhi pasar pariwisata di kawasan tersebut, namun bisa masuk ke pasar modern,” pungkas Suriati. *pur