Mangupura (Bisnis Bali) –Badung utara memiliki potensi pariwisata yang tidak kalah dengan Badung selatan, mulai desa wisata, keindahan alam, wisata air hingga pertanian. Dalam upaya pengembangan pariwisata di Badung utara inilah diharapkan pemerintah memberikan porsi yang lebih besar bagi pengusaha lokal agar dapat berpartisipasi mengangkat potensi daerahnya.
Ketua DPD Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (Putri) Bali, IGAA Inda Trimafo Yudha di True Bali Experience, Carangsari mengatakan, tidak dipungkiri Badung selatan, Ubud, Gianyar sudah berpuluh-puluh tahun terkenal sebagai daerah destinasi pariwisata. Kini seiring upaya pemerintah Badung untuk mengembangkan pariwisata di Badung utara tentu sangat baik, terlebih potensinya sangat besar.
“Ini sebagai bentuk penyeimbangan Badung utara dan selatan sehingga kue pariwisata bisa dinikmati juga oleh masyarakat Badung utara,” katanya.
Dengan adanya pengembangan pariwisata ini, ia berharap makin banyak investor lokal bermunculan untuk mengembangkan usaha berbasis alam konservasi, agro atau pertanian dan lainnya. Dukungan peran pemerintah di sini diharapkan bisa lebih banyak lagi terhadap pengusaha lokal. Salah satunya dari sisi kemudahan dalam perizinan mengingat banyak pengusaha lokal yang mau berkembang membangun wilayahnya untuk kemajuan pariwisata dan pertumbuhan perekonomian di daerah tersebut.
“Jangan sampai wilayah Badung utara malah dilirik investor luar,” ujarnya.
Geg Inda tidak memungkiri bila zonasi di Badung utara sangat terbatas. Kendati demikian ia mendukungnya mengingat ada baiknya zonasi diperketat karena masih virgin dan blue print masih memungkinkan dibuat di daerah ini ke depannya. Tetapi ia berharap ke depannya pelaku usaha diberikan kelonggaran berekspresi khususnya di pariwisata.
Potensi pengembangan pariwisata Badung utara di antaranya desa wisata Carangsari, Plaga, Pangsan dan lainnya. Objek wisata ini menawarkan potensi sungai ayung seperti rafting, Plaga bisa hacking, tracking, camping, air panas di belok sidan, bahkan belok sidan ada proyek bendungan yang terbuka potensinya.
Ia pun mengimbau kepada pemerintah dalam upaya menjaga Bali dan alamnya, perlu adanya revisi dari sisi perizinan. Revisi perlu dilakukan karena pemberian izin suatu properti dengan banyaknya kompetisi dengan menggunakan alur alam perlu adanya pengecekan ulang setahun maupun dua tahun. Pengecekan ke lapangan benar tidak usaha sudah berjalan sesuai aturan. Produk yang dijual bagaimana, jangan sampai dijual murah, tidak ada konsep penataan, pengolahan limbah hingga standardisasi. Termasuk mengantisipasi terjadinya jual tanah ke investor asing.
Pihaknya berharap Asita bisa menjual paket wisata di Badung utara dan memperomosikan potensi yang ada di daerah ini.
Ketua Asosiasi Biro Perajalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali, Ketut Ardana menyampaikan, mendukung pengembangan pariwisata di Badung utara, apalagi akses menuju berbagai wisata juga sangat dekat.
“Untuk itu kami berharap kepada anggota untuk kreatif menciptakan tujuan wisata dan mengubah alur wisata sehingga bisa saling berkaitan ke Badung utara,” imbaunya.
Ardana juga menilai konsep agro tourism ke alam yang diterapkan pemerintah, bukan berarti fasilitas lain tidak boleh ada. Wisatawan akan datang tidak hanya melihat peotenis agro semata, tetapi bagaimana di dalam ada fasilitas yang bisa dinikmati wisatawan.
“Kami pun berharap pengembangan objek wisata ini bisa diberikan lebih banyak kepada pengusaha lokal,” katanya.
Baginya orang lokal Bali banyak yang mampu mengembangkan bisnis pariwisata. Tujuannya agar benefit dirasakan masyarakat Bali.
“Jika diberikan kepada investor asing, mau dibawa kemana Bali ini, apakah warganya hanya menjadi kuli atau tukang kebun maupun waiters saja,” ucapnya.*dik