Denpasar (Bisnis Bali) –Himpunan Pengembang Pemukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra) Bali menilai belum semua masyarakat yang paham dan mengetahui bagaimana untuk memperoleh rumah subsidi yang digulirkan pemerintah. Utamanya untuk memiliki rumah bagi masyarakat berpengahasilan rendah (MBR).
“Satu sisi kebutuhan rumah MBR di Bali sangat besar. Oleh karena itu para pengembang menggelar Himperra Property Expo 2019 agar masyarakat di Pulau Dewata bisa dengan mudah memperoleh rumah MBR,” kata Ketua DPD Himperra Bali Wayan Jayantara di Level 21 Mall Denpasar, Senin (19/8).
Hadir pada kesempatan tersebut Ketua Umum DPD Himperra Endang Kawijaya, Kepala Cabang Bank BTN Bali Harman Soesanto. Menurut Jayantara melalui pameran ini masyarakat selain mengetahui di daerah mana saja ada perumahan subsidi khusus MBR juga bisa memperoleh informasi apa saja syarat-syarat memperoleh rumah bagi MBR tersebut. Harapannya masyarakat paham bagaimana mendapatkan rumah MBR.
“Kami menargetkan total 400 unit rumah bisa laku terjual pada ajang pameran ini. 300 unit dari rumah bagi MBR dan 100 unit nonsubsidi,” ujarnya.
Pihaknya optimis target penjualan rumah bisa tercapai mengingat jumlah anggota yang mencapai 80 tersebar di daerah dan siap memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap rumah bersubsidi. Rumah MBR tersebar di Klungkung, Karangasem, Jembrana, Singaraja, Tabanan. Untuk lebih memudahkan transkasi, Himperra menawarkan kemudahan mulai bebas provinsi hingga ada namanya uang muka yang seminim mungkin yaitu 1 persen sudah bisa memiliki rumah.
“Kami harapkan kesempatan ini bisa dimanfaatkan masyarakat Bali untuk bisa mendapatkan rumah murah ataupun rumah yang nonsubsidi karena ada yang namanya bebas biaya,” terangnya.
Diakui rumah bagi MBR harganya Rp158 juta dengan uang muka 1 persen sudah cukuplah memiliki rumah subsidi. Kendati demikian ia menyadari terkait adanya LB2P yaitu lahan lahan pertanian basah yang berkelanjutan, yang mana itu tidak boleh dipakai perumahan. Sampai saat ini, pihaknya dari pengembang Himperra selalu selektif selalu bekerja sama dengan BPN setempat terkait apakah lahan boleh dipakai apa tidak.
“Yang pasti lahan-lahan yang dipakai untuk rumahan sekarang ini adalah perumahan yang tegalan, bukan pertanian-pertanian aktif atau dikatakan pertanian basah,” jelasnya.
Sementara itu Harman Soesanto mengapresiasi pameran yang dilakukan Himperra untuk menggenjot pemasaran properti guna meningkatkan pemasaran rumah. Namun, diperlukan upaya atau strategi khusus untuk melebarkan sayap dan memperbesar pasar.
Harman juga berharap Himperra tidak hanya fokus pada penjualan rumah bersubsidi, tapi juga menggenjot rumah nonsubsidi. Ia melihat pada tiga hingga empat bulan terakhir Himperra sudah mulai menggarap rumah nonsubsidi. “Harga rumah di atas Rp 500 juta belum terlalu bagus. Kita bisa mulai dengan harga Rp 250 juta sampai Rp 750 juta. Saya pikir itu masih bisa direspons oleh sebagian besar masyarakat di Bali,” harapnya.*dik