Dinas Pertanian Karangasem Jajaki Pengembangan Bawang Putih

452

Amlapura (Bisnis Bali) – Harga bawang putih melambung tinggi sampai kini. Terkait hal itu, Dinas Pertanian Karangasem, berencana menjajaki lagi petani di Karangasem, guna pengembangan bawang, sehingga mengembalikan lagi Karangasem sebagai  penghasil bawang merah dan bawang putih yang tinggi.

Hal itu disampaikan Kabid Perkebunan Dinas Pertanian I Komang Cenik serta Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karangasem I Wayan Supandi, Jumat (10/5) kemarin di Karangasem. Komang Cenik mengatakan, harga bawang putih di Karangasem dalam beberapa hari ini tembus kisaran Rp 100 ribu per kg.

Komang Cenik mengatakan sampai tahun 1980-an, Karangasem dikenal sebagai penghasil bawang baik bawang merah maupun bawang putih. Sentra penghasil bawang merah, seperti persawahan Perasi dan Bugbug Desa Pertima, Kecamatan Selat, Sidemen dan Rendang. Di Selat, Desa Sebudi termasuk penghasil bawang putih zaman dulu. Saat panen bawang putih, kata Cenik, petani di Desa Sebudi dulu, membeli tanah di Selat. ‘’Orang dari Sebudi dulu yang kaya umumnya petani bawang putih,’’ papar Komang Cenik.

Selain di lahan basah, pengembangan bawang merah dan bawang putih dulu juga sampai ke Kecamatan Kubu. Di Kubu penghasil bawang merah atau putih seperti di Jatituhu, Manikaji sampai ke Paleg Kaja. Wilayah itu berada di ketinggian yakni di perbukitan yang sejuk, termasuk di kaki Gunung Abang. Keadaan iklimnya wilayah banjar Desa Ban di perbukitan itu, serupa dengan wilayah Bangli yang sampai kini masih tetap petaninya membudidayakan bawang merah dan bawang putih yakni Banjar Madya dan Bunut yang berbatasan dengan wilayah Karangasem. ‘’Di Tanah Barak, Desa Tianyar Barat juga penghasil bawang merah dan bawang putih,’’ papar Komang Cenik.

Soal sempat putusnya pengembangan komoditi holtikultura bawang merah dan putih di Karangasem, karena harganya sempat turun. Petani lantas beralih menanam padi, jagung, kedelai dan kini tanaman holtikultura yang favorit ditanam yakni bunga-bungaan untuk sarana nanding banten atau canangsari, seperti pacar dan kemikir. ‘’Kami akan jajaki lagi para petani untuk pengembangan bawang putih,’’ kata Cenik.

Diakuinya, kendala utama pengembangan kembali bawang putih, yakni petani terkendala permodalan. Sebab, harga bibit bawang putih, tentu akan lebih mahal dibandingkan bawang putih untuk bumbu saat ini.  Sementara, berharap subsidi atau hibah dari APBD Kabupaten Karangasem, belum bisa, karena Karangasem belum memiliki perbup yang memayungi hibah, termasuk berbagai jenis hibah untukmembantu petani. ‘’Di Karangasem selain dari Pemprov Bali, bantuan anggaran untuk membantu petani seperti pengadaan bibit atau sarana produksi, cukup besar dari pemerintah pusat. Kita di Karangasem cukup beruntung karena dapat bantuan lumayan besar dari pusat,’’ papar Supandi.

Komang Cenik menambahkan, untuk pengembangan bawang putih kembali, pihaknya juga menjajaki petani, agar memanfaatkan bibit bawang merah atau bawang putih lokal yang dulu dikenal kualitasnya bagus. ‘’Saya kira petani kita masih memiliki varietas lokal yang bagus itu, kita kembangkan kembali,’’ katanya.

Sementara itu dari pasar tradisional di Karangasem, harga bawang putih melambung tinggi sejak bulan lalu.Harga bawang putih sempat tembus Rp 18 ribu untuk seperempat kg atau per kg Rp 72 ribu, lalu naik lagi sampai tembus Rp 100 ribu per kg. ‘’Harga bawang putih sangat tinggi seperempat kg Rp 20 ribu, terpaksa saya ecer per butir Rp 5 ribu. Pembeli eceran sangat terkejut, karena dulu eceran per butir Rp 1.000,’’ papar seorang pedagang kecil  bumbu eceran Made Mariati, di Karangasem. *bud/editor rahadi