Tabanan (Bisnis Bali) –
Setelah bertahan lama berada dikisaran Rp 36.000-Rp 37.000 per kg, kini harga babi di tingkat peternak melesu dengan menyentuh kisaran Rp 27.000-Rp 30.000 per kg. Meningkatnya populasi babi saat ini, diduga oleh sejumlah peternak jadi salah satu penyebab melorotnya harga tersebut.
“Pusing menyikapi harga babi yang kembali mengalami penurunan saat ini. Penurunan tersebut terjadi sejak sejak sebulan terakhir hingga saat ini,” tutur salah seorang peternak salah satu peternak babi I Nyoman Ariadi, asal Yeh Gangga Sudimara, Tabanan, Rabu (10/4).
Terangnya, penyebab penurunan harga babi ini kemungkinan karena meningkatnya jumlah populasi babi di tingkat peternak saat ini. Itu disebabkan karena, sebelumnya ketika harga babi ini mahal dipasaran, itu membuat sejumlah peternak babi berloma-lomba meningkatkan populasi ternak mereka dengan harapan bisa menikmati untung lebih dari mahalnya harga jual tersebut.
Sayangnya, kini prilaku tersebut justru berdampak pada harga jual babi yang menjadi murah karena melimpahnya populasi. Belum lagi ditambah dengan indikasi masuknya secara ilegal daging babi hutan ketingkat lokal, sehingga itu semua membuat pasokan babi menjadi makin melimpah saat ini.
“Pasokan yang melimpah, diperparah lagi dengan faktor pisikologis ditingkat peternak yang di picu dari sikap sejumlah tukang potong atau jagal dengan mempermainkan harga beli,” ujarnya.
Jelas Ariadi yang juga Wakil Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi (Gubi) Bali, stok babi yang melimpah ini membuat sejumlah tukang jagal bermain dengan upaya menekan harga beli babi dari peternak. Semisal, salah satu peternak dijanjikan oleh tukang jagal akan diambil babinya dengan harga tertentu pada hari yang telah disepakati bersama, namun dari kesepakatan tersebut dari pihak tukang jagal membatalkan dengan alasan masih memiliki stok babi yang akan dipotong, sehingga dijanjikan kembali oleh pihak jagal akan diambil pada hari berikutnya dengan harga baru yang lebih murah dari sebelumnya.
“Kondisi itu tentunya membuat dampak fisikologis berupa kepanikan ditingkat peternak saat ini. Sebab, bila tidak sepakat, maka besar kemunginan harga jual dikemudian hari yang diterima peternak akan jauh lebih murah lagi, sehingga peternak ini pasrah menerima harga yang ditawarkan oleh tukang jagal,” kilahnya.
Ironisnya, dampak fisikologis di peternak yang takut akan makin murahnya harga jual babi ini terus berlanjut, sehingga ada beberapa peternak yang baru memiliki berat babi 90 kg, memaksa untuk menjual babi dengan berat tersebut karena ditakutkan harga akan mengalami penurunan terus. Akhirnya, para peternak ini berlomba-lomba untuk menjual ternaknya, karena takut rugi.
Sementara itu, perhitunganya dengan kisaran harga babi yang berada di level Rp 27.000 per kg, peternak sudah tidak mendapat untung dari usahanya. Sebab, saat ini peternak juga harus mengeluarkan biaya yang besar untuk pakan agar bisa mencapai kualitas dan umur panen babi agar siap jual.
“Contoh salah satunya untuk harga pakan komplit babi starter bisa mencapai Rp 9.000 an per kg saat ini,” keluhnya.
Harapannya, pemerintah terkait agar bisa membantu para peternak babi di tengah kondisi harga yang cendrung turun. Salah satunya yang mungkin bisa dilakukan pemerintah adalah dengan populasi babi di Bali yang banyak, pemerintah bisa membantu mencarikan pangsa pasar untuk penjualan babi dari Bali ini ke luar daerah.*man