Di bawah kepemimpinan Bupati Nyoman Giri Prasta, S.Sos. dan Wabup Drs. Ketut Suiasa, S.H., Badung senantiasa meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Hal sama dilakukan dalam pelayanan air bersih kepada masyarakat. Untuk meningkatkan pelayanan, Bupati Badung menggelontor dana penyertaan hingga Rp 80 miliar lebih. Apa hasilnya?
KHUSUS untuk daerah Kuta Selatan yang tofografinya tinggi, sebelumnya sejumlah wilayah atau desa tak terlayani air bersih. Air PDAM belum bisa mengalir ke desa-desa yang tofografinya tinggi seperti di daerah Suluban, Padang-padang dan Pecatu.
“Dulu desa yang tofografinya tinggi sama sekali tak bisa dilayani air PDAM karena memerlukan sejumlah pemompaan,” tegas Dirut PDAM Tirta Mangutama Badung Ketut Golak, S.H. didampingi Direktur Teknik Wayan Suyasa dan Direktur Umum IA Eka Dewi Wijaya dalam jumpa media yang dipandu Kabag Humas Putu Ngurah Thomas Yuniarta didampingi Kasubag Komunikasi dan Pelayanan Pers IB Wisnawa Manuaba, Jumat (22/3) kemarin.
Dengan sejumlah inovasi dan dukungan Pemkab Badung lewat dana penyertaan yang digelontor, ungkapnya, PDAM Badung membangun jaringan dengan pemasangan pipa induk serta pembangunan sejumlah reservoar dengan kapasitas besar rata-rata 3.000 meter kubik seperti di wilayah Pecatu dan Ungasan, air PDAM di daerah dengan tofografi tinggi pun bisa mengalir. Saat ini, ujar Golak, daerah-daerah dengan tofografi tinggi bisa memperoleh pelayanan air bersih hingga 14 jam per hari. “Dari 0 bisa meningkat menjadi 14 jam per hari,” tegasnya.
Walau begitu, Golak mengaku belum puas. Dia masih tetap berupaya sehingga layanan air bisa sama dengan daerah lainnya hingga 24 jam per hari. “Kami masih berupaya dengan melakukan beberapa terobosan dan langkah-langkah inovasi,” ujar mantan Dirut PD Pasar Badung tersebut.
Pemanfaatan reservoar di Ungasan dan Pecatu, katanya, juga untuk meningkatkan keandalan sistem pelayanan di wilayah Ungasan, Pecatu Labuan Sait, Padang-padang, Suluban dan Uluwatu.
Selain pembangunan reservoar, inovasi lainnya di bidang distribusi berupa pemasangan pompa inline booster di Kori Nuansa Jimbaran. Tujuannya untuk meningkatkan pelayanan di Kori Nuansa Jimbaran.
Inovasi lainnya, tegasnya, berupa pemasangan district meter area (DMA) untuk mendeteksi pendistribusian air secara digital di wilayah Badung Selatan. Masih di bidang distribusi, pihaknya juga memasang data logger untuk memantau level air reservoir dan tekanan air di jaringan pipa distribusi wilayah Badung Selatan.
Tak hanya di bidang distribusi, PDAM Badung juga melakukan inovasi atau terobosan di bidang produksi. Di antaranya dengan penambahan dua unit filter di IPA Estuary untuk meningkatkan kapasitas produksi 75 liter per detik. PDAM juga melakukan pergantian plate settler dari fiber ke stainles steel untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas di pengolahan IPA Estuary.
Dua inovasi lainnya di bidang produksi, menurut Golak, berupa pemasangan pipa booster jaringan distribusi utama (JDU) untuk meningkatkan kontinyuitas pelayanan di wilayah Kuta Utara dan pemasangan booster dari IPA Estuary ke UPA Nusa Dua untuk meningkatkan pelayanan di wilayah Nusa Dua.
Ditanya soal daftar tunggu pelanggan, katanya, layanan bisa dipercepat. Dalam kondisi normal dalam arti jaringan tersedia, pemasangan baru dapat dilakukan dalam waktu 4 hari sejak pendaftaran. “Dengan begitu, jumlah daftar tunggu kian berkurang,” katanya.
Lantas kenapa sampai ada calon-calon pelanggan yang tidak bisa dilayani? Menurut Golak, calon pelanggan seperti ini biasanya karena di sekitar tempat tinggal atau usaha yang dibangun belum tersedia jaringan. “Ketika jaringan belum ada, tentu saja calon pelanggan harus sabar menunggu hingga ada investasi untuk pengembangan jaringan dari PDAM,” katanya.
Saat ini, tegasnya, pendaftaran untuk menjadi pelanggan PDAM tidak dikenakan biaya alias gratis. Selain gratis, calon pelanggan berpeluang memperoleh diskon biaya pemasangan hingga 25 persen.
Saat ini, PDAM Tirta Mangutama Badung memiliki 71.797 pelanggan. Pelanggan ini ada di Petang tercatat 3.119 pelanggan, Abiansemal 6.754 pelanggan, Mengwi 4.241 pelanggan, Kuta Utara 24.918 pelanggan, Kuta 19.345 pelanggan, dan Kuta Selatan 13.420 pelanggan.
Ditanya mengenai kontribusi kepada pendapatan asli daerah (PAD) Badung, kata Golak, khusus 2018 belum bisa dipastikan karena masih dalam proses audit. “Pendapatan untuk tahun 2018 masih dalam proses audit sehingga jumlah setoran kami ke pAD Badung beluim bisa dipastikan,” tegasnya.
Namun untuk tahun 2017, katanya, jumlah setoran PDAM Badung ke PAD menembus angka Rp 19 miliar. “Pada 2017, setoran kami menembus Rp 19 miliar,” tegasnya.
Walau begitu, Golak menyatakan, pendapatan PDAM tidak bisa konstan. Pendapatan ini sangat fluktuatif karena sangat bergantung dengan faktor eksternal. Misalnya, saat musim kering pasokan air baku menyusut, serta ketika musim hujan hingga banjir, PDAM membutuhkan dana besar untuk melakukan sejumlah treatment air. “Ini tentu saja membutuhkan biaya operasional yang lebih tinggi,” tegasnya. (sar)