Amlapura (Bisnis Bali) – Adanya infrastruktur jalan sangat nyata meningkatkan pertumbuhan perekonomian desa atau masyarakat lebih cepat. Sebab, hasil bumi atau hasil pertanian dan perdagangan akan berjalan lebih cepat atau lancar.
Hal itu disampaikan Perbekel Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem I Wayan Potag, Kamis (21/3) di Karangasem. Potag mencontohkan, dulu ketika belum ada jalan tembus dari Rendang tembus ke Tianyar, Kecamatan Kubu membelah atau melintasi desanya, hasil pertanian petani di Desa Ban, jangankan ada datang membeli, dikasi minta pun tak ada yang mau datang. Namun setelah ada jalan Pemprov Bali itu, hasil pertanian dan peternakan dengan mudah dipasarkan. Ada petani atau pengepul yang memasarkan hasil bumi ke Pasar Menanga atau ke Pasar Klungkung dan Denpasar atau Badung. Ternak sapi dikirim ke Rendang atau langsung ke Beringkit atau ke pasar Hewan Bebandem atau Rubaya. Hasil pertanian juga ada dikirim ke bawah ke pasar Tianyar, pasar Tukad Deling atau ke Buleleng. ‘’Begitu ada jalan raya itu, mulai ada peningkatan perekonomian masyarakat,’’ katanya.
Namun, untuk jalan kabupaten dan desa, baru dikeraskan atau diaspal 30 persen. Sebagian besar belum dikeraskan. Akibatnya, pertumbuhan atau perkembangan ekonomi warga di Desa Ban, masih kecil. Menurut Potag, jalan di 15 wilayah banjar dinas di Desa Ban Kecamatan Kubu, Karangasem, baru dikeraskan atau diaspal sekitar 30 persen. Kurangnya infrastruktur jalan, menyebabkan perkembangan perekonomian masyarakat sangat sulit. Akibatnya, penduduk miskin masih banyak dan tercatat 1.333 KK rumah tangga sasaran (RTS) masih ada di desa berbukit di utara lereng gunung agung itu.
Menurut Potag, wilayah banjar yang sama sekali belum memiliki jalan layak atau belum dikeraskan seperti Banjar Belong, Jatituhu dan Manik Aji. Wayan Potak asal Banjar Panek, Ban itu mengatakan, di Desa Ban yang paling mendesak dipenuhi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat yakni pengerasan jalan dan pemenuhan kebutuhan air bersih.
Menurutnya, kalau kedua kebutuhan itu sudah ada, masalah kesehatan, peningkatan pendidikan masyarakat dan peningkatan perekonomian otomatis akan mengikuti. Dia mencontohkan, ketika belum ada jalan provinsi dari Tianyar tembus ke ban dan Rendang, hasil pertanian seperti tanas, ubi kayu, labu atau sayur-mayur diberikan kepada orang minta, tak ada yang mau. Kini, ketika ada jalan itu, petani dengan mudah menjual hasil pertanian, baik ke Pasar Menanga, ke Klungkung atau dibawa turun dipasarkan ke Pasar Tianyar, ke Pasar Tukad Deling atau ke Buleleng. ‘’Kami mohon jalan kabupaten di Desa Ban, bisa dibantu lebih cepat pengaspalannya, karena masyarakat kami terus menanyakannya,’’ ujar Potag.
Sementara itu, Kadis PUPR Karangasem Ketut Sedana Merta mengakui masih ada sepanjang 13 KM jalan kabupaten di wilayah Desa Ban, memang belum mendapatkan bagian untuk dikeraskan. Penyebabnya, anggaran yang dimiliki sangat terbatas. Sebab, untuk mengeraskan atau menghotmik jalan sepanjang 13 Km itu perlu anggaran lebih dari Rp 20 miliar, sebab perhitungan biaya mengeraskan jalan sepanjang 1 KM perlu anggaran sekitar Rp1,2 miliar. (bud)