Denpasar (Bisnis Bali) – Tak dipungkiri lagi berlarut – larut lesunya bisnis properti sejak beberapa tahun silam, salah satunya disebabkan harga properti yang ditawarkan melampaui daya beli pasar. Akibatnya kondisi pasar properti sulit move on, untuk menggeliat kembali dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan pemerintah maupun perbankan lewat KPR khusus. Demikian antara lain diungkapkan Ketua DPD REI Bali, Pande Agus Permana Widura baru – baru ini.
Agar daya beli normal kembali selain memang didukung perbaikan perekonomian, sehingga upah karyawan dan sebagainya meningkat, di sisi produksi perumahan harga jualnya juga harus disesuaikan. Artinya segmen pasar yang dibidik harus jelas, sehingga proyek perumahan yang dibangun lebih cepat laku.
Saat ini ada KPR khusus milenial, FLPP rumah subsidi, dan lainnya tentu ini harus diperhatikan sehingga bisa disinergikan dengan strategi mengembangkan proyek baru. Dengan link and match– nya antara daya beli dan harga produk maka properti optimis menggeliat lagi. Cuma memang dalam kenyataannya sulit mengendalikan harga lahan yang kadang naik tak wajar dan sinyalemen dipengaruhi berbagai isu adanya pembangunan mega proyek di kawasan tertentu, termasuk ulah spekulan. Selektivitas pengembang menyikapi tiap kondisi di lapangan diharapkan mampu bertindak tepat dan properti bisa ramai kembali.
Mengutip HousingEstate, bisnis properti yang melemah sekian tahun terakhir ternyata lebih panjang dari yang diperkirakan para praktisi maupun pengamat. Pelemahan yang terjadi tentunya diakibatkan banyak faktor baik internal (nasional) maupun eksternal (regional dan global) selain karena regulasi yang kurang pas melihat situasi. Selain itu kesalahan juga karena pelaku bisnis sendiri dalam hal ini pengembang atau developer. (gun)