Denpasar (Bisnis Bali) – Para peternak ayam di Bali yang tergabung dalam Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Broiler Bali mengaku resah dengan mudahnya daging ayam potong masuk dari luar Bali. Hal ini memberi pengaruh pada rusaknya harga ayam di Bali yang berujung pada kerugian bagi peternak.
KetuaPinsar Broiler Bali I Ketut Yahya Kurniadi, mewakili para peternak di Bali, di Dalung, Selasa (19/3) mengatakan, banyaknya daging ayam yang masuk ke Bali membuat ayam yang dihasilkan para peternak tertekan dan harus dijual murah. Saat ini harga ayam di peternak berkisar dari Rp17.000 hingga Rp17.500 per kilogram. Sementara itu harga pokok produksi (HPP) mencapai Rp20.500 per kilogram. “Kami rugi Rp3.000 per kilogramnya atau Rp6.000 per ekornya,” ungkap Yahya.
Harga tersebut pun dikatakannya masih lebih tinggi dibandingkan jelang Nyepi lalu dimana harga yang di tingkat peternak mencapai Rp14.500 per kilogramnya. Di samping itu, harga pakan ternak pun masih tinggi, meski harga jagung telah mengalami penurunan. Hal ini menambah keresahan bagi peternak. Kondisi ini telah dialami sejak 2011 lalu.
Dengan demikian pihaknya pun berharap, dengan adanya Pergub Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali ini memberi angin segar kepada pihaknya dengan memaksimalkan pemanfaatan hasil peternakan di Bali. Hal yang terpenting diharapkannya yaitu pihak pemerintah melakukan diskusi dengan pihak terkait khususnya di Balai Karantina dalam upaya mengatur perizinan tentang masukanya daging ayam ke Bali.
Di Bali sendiri dikatakannya saat ini produksi para peternak telah mampu menutupi kebutuhan daging ayam di Bali. Dijelaskannya, kebutuhn daging ayam di Bali mencapai 18.000 hingga 200.000 ekor per hari. Sementara produksi peternak dilihat dari day old chicken (doc) yang masuk per bulannya mencapai 5,5 juta hingga 6 juta. “Jika 5,5 juta kita bagi 30 hari, maka hasilnya kurang lebih sudah mencapai 180.000 ekor per hari. Jadi kebutuhan dan produksi sudah mampu melengkapi,” imbuhnya. *wid.