Amlapura (Bisnis Bali) – Pascagejolak Gunung Agung, pengembangan perumahan di Karangasem mulai membidik pasar dari kalangan pasangan muda yang produktif. Sebab, pembeli rumah untuk investasi dirasakan masih lesu.
Hal itu disampaikan salah seorang pengembang, Putu Sumantra, saat dihubungi Selasa (19/3) di Amlapura. Dia mengatakan, pihaknya mulai Rabu (20/3) hasi ini, mulai mengawali hari baik untuk membuka lahan untuk dibanguni rumah. Sementara, ditawarkan 10 unit dengan harga cukup terjangkau dan sudah ada beberapa yang memesan.
Soal kenapa pihaknya, membidik pasar usia produktif, karena merekalah yang akan serius membeli rumah. Sebab, pasangan muda atau baru menikah dan belum memiliki rumah, sudah pasti serius bekerja keras agar bisa memiliki rumah siap huni. Untuk meyakinkan konsumen, katanya, pihaknya melakukan pelayanan dengan membangun rumah desain yang bagus meski minimalis. Selain itu, lingkungannya nyaman, meski masih di dalam kota Amlapura. ‘’Di Karangasem, bisnis property itu masih sangat dibutuhkan. Banyak yang bertanya atau minta dibuatkan rumah. Saya kira bisnis property di Karangasem masih sangat prospektif, asalkan desainnya bagus dan kualitasnya bahannya bagus atau handal dan meyakinkan kokoh. Selain itu, tentu harga atau harga rumah yang terjangkau menjadi pertimbangan kami,’’ tambahnya.
Selain itu, dari konsumen yang minta dibuatkan rumah atau berkonsultasi kepadanya, pertimbangan lokasi di lihat dari keamanan dari kemungkinan bencana alam seperti Gunung Agung erupsi, juga sangat menjadi pertimbangan konsumen. Dia sendiri, berani mengambil keputusan untuk membangun rumah yang tentunya merupakan investasi besar, tentunya sudah mempertimbangkan segala aspek. Tujuannya, tak sekadar agar produk laku dibeli masyarakat konsumen, tetapi jauh lebih penting, aspek keamanan, kenyamanan dalam menjaga kepuasan atau kepercayaan konsumen. ‘’Untuk rumah tipe 36 kami berani lepas Rp 300 juta. Tanahnya paling kecil 75 meter persegi. Bisa cash dan untuk meringankan konsumen, kami juga melayani kredit. Bentuk atau fasilitas bangunan juga bisa dipesan, kalau ada penambahan volume dari gambar semula, tentunya nanti ada penambahan biaya yang bisa dibicarakan,’’ katanya.
Sementara itu, dari informasi dan pantauan di Karangasem khususnya di dalam kota, terlihat juga pengkaveling lahan juga sudah mulai ada. Dari informasi, bahkan berani menawarkan tanah kaveling Rp 250 juta per are. Selama ini, pascagejolak Gunung Agung, harga lahan dan rumah sudah turun, bahkan ada menawarkan menjual lahan turun sampai sekitar 50 persen dibandingkan sebelum September 2017 saat sebelum gejolak Gunung Agung. Pasca gejolak dan disusul erupsi Gunung Agung, pemasaran lahan dan properti atau rumah tampak relatif lesu. Salah satu penyebabnya, konsumen properti masih tampak berpikir untuk membeli rumah untuk investasi di Karangasem. (bud)