Amlapura (Bisnis Bali) – Petani kacang tanah di Kecamatan Kubu, Karangasem, seperti di Batudawa, Tulamben, sumringah pada musim panen ini. Sebab, hasil panen lumayan bagus, dan langsung diserap perusahaan penggaringan kacang tanah yakni Garuda dan Dua Kelinci.
Hal itu disampaikan Kelian Adat Apadsari, Batudawa, Tulamben, Kubu, Karangasem, I Wayan Putra, yang dihubungi, Selasa (5/3) kemarin di Karangasem. Wayan Putra mengatakan, dari informasi yang diterima dari kalangan warga petani, rata-rata kacang tanah hasil panen tahun ini laku Rp 4.700 per kg. Kacang tanah itu basah, bukan yang kering.
Dikatakan, panen kacang petani diborong pengepul seperti Ni Made Candri asal Tukad Abu, serta Simpen dari Banjar Rubaya, Tulamben. Pihak pabrik, kata Putra, mengambil dari para pengepul itu, dan dikirim ke pabriknya di Jawa Timur.
Sebenarnya, kata Putra yang juga salah seorang petani kacang tanah itu, hasil panen kacang tahun ini tidak sebagus tahun-tahun sebelumnya. Ada juga hasil panen yang hasilnya sedikit, tergantung dari kesuburan lahan, dan juga banyaknya pohon penaung seperti pohon mete. ‘’ Kacang tanah yang ditanam di lahan yang kurang subur, apalagi ada penaung berupa pohon mete yang lebat, hasilnya pasti tak bagus. Sebab, tanaman kurus, umbinya sedikit dan kecil-kecil. Kalau tanaman kacang di lahan yang tanpa ada pohon penaung, dan subur dengan rabuk organik kotoran sapi, hasilnya bagus, karena tanamannya subur,’’ paparnya.
Dikatakan petani lainnya, Made Gir, harga bibit kacang memang cukup mahal. Karena itulah, apalagi petani penggarap atau buruh tani, hasil atau keuntungan dari menjual hasil panen kacang tanah musim ini, tidak terlalu banyak. Yang melegakan, katanya, seluruh panen pasti diserap pengepul untuk dikirim kepada pabrik kacang garing. Soalnya, kacang tanah Batudawa sangat disukai pihak pabrik kacang, karena selain ukuran polongnya yang tak terlalu besar, sedang, tetapi isinya penuh. Kacang Batudawa hampir tak ada yang kosong, setelah digaringkan entah diopen dipabrik, isinya penuh dan rasanya gurih atau sangat enak.
Sayangnya tambah Wayan Putra petani di desanya belum mampu mengembangkan penanaman kacang tanah itu setahun dua kali, misalnya. Sejak dulu, petani hanya bisa bertanam kacang tanah setahun sekali, musim tanam saat mulai hujan pertama setelah kemarau panjang. ‘’Kami bertani di lahan kering bahkan tandus. Kami hanya bisa bercocok tanam menunggu tanah basah saat awal hujan, karena kami tak memiliki sumber air irigasi. Petani hanya bisa bercocok tanam setahun sekali, menunggu tanah basah oleh hujan,’’ tandas Putra. (bud)