Singaraja (Bisnis Bali) – Proses pembuatan nira aren menjadi gula-gula dapat menjadi peluang usaha untuk meningkatkan nilai tambah aren. Seperti di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar ini salah satunya, produksi gula aren hingga kini masih cukup tinggi seiring dengan tingginya permintaan. Di salah satu rumah produksi pengolahan gula aren milik Ketut Arya Wirawan mencoba mengolah gula aren Pedawa menjadi gula semut, dengan tampilan lebih menarik dan kemasan yang praktis. Ini mengangkat nilai ekonomi gula aren di Pedawa hingga 25 persen.
Wirawan yang tergabung dalam Kelompok Bima Dewa Desa Pedawa ini menjelaskan, usaha pembuatan gula semut ini ditekuninya sejak awal 2018 lalu. Dibantu alat perajangan dan oven dari Kementerian Perindustrian dan Perdagangan pusat, ia mencoba mengembangkannya untuk dapat dipasarkan di pasar modern. Dirinya ingin mengangkat derajat gula aren Pedawa agar harga tetap stabil dengan diolah dengan tampilan menjadi lebih menarik. “Awalnya memang ilmu dari pelatihan, tujuannya ingin mengangkat nilai jual gula Pedawa di pasaran. Kita tahu gula aren banyak pesaingnya oleh gula dari luar sehingga ketika tidak hari raya, harga gula aren Pedawa cenderung merosot,” jelasnya.
Ia menjelaskan, proses pembuatan gula aren Pedawa ini di awal sama seperti pembuatan gula pada umumnya yakni menggunakan cetakan dari batok kelapa. Kemudian gula yang sudah jadi diolah dalam mesin perajangan agar gula hancur merata. Setelah itu, gula yang sudah dirajang akan melalui proses oven. Tujuannya agar kadar air pada gula menurun sehingga tidak cepat meleleh ketika dipasarkan. “Kita punya teknik khusus dalam mengoven bagaimana agar tingkat keringnya maksimal sehingga menghasilkan butiran-butiran gula aren layaknya gula pasir,” terangnya.
Dikatakan, gula diperoleh dari petani aren yang ada di Desa Pedawa dengan harga beli mulai Rp 30.000 hingga Rp35.000 tergantung tingkat kadar air pada gula. Setiap satu minggu, ia mampu memproduksi hingga 50 kilogram gula semut. “Kalau keseluruhan ada 50 petani aren, sejauh ini saya belum drop semuanya baru sekitar 10 petani aren yang gulanya saya drop untuk diolah menjadi gula semut dengan rata-rata 10 kg per petani,” tuturnya.
Ia menuturkan, meskipun melalui banyak proses pengolahan, cita rasa gula aren Pedawa tidak berubah sama seperti gula aren dalam bentuk batok yang biasanya dijual di pasaran. Daya tahan gula semut lebih lama dibandingkan gula batok. Gula semut bertahan hingga 1-1,5 tahun. Gula semut ini cocok disajikan dengan kopi hitam, teh, kue basah, untuk membuat bubur kacang hijau hingga camilan. Harga per kemasan tergantung volume mulai dari 75 gram dengan harga Rp10.000 hingga Rp50.000. “Saya kemas mulai 15 gr, 75 gr, 200 gr, 250 gr dan 500 gr ini juga menjadi salah satu upaya menguatkan petani aren yang ada di Desa Pedawa,” ujarnya. (ira)