Berpedoman Hari Baik, Pemesanan Ukiran Bali Ramai Setelah Galungan

246
Salah seorang pekerja sedang mengukir kayu.

Mangupura (Bisnis Bali) – Membangun rumah oleh masyarakat Bali selalu dilakukan dengan berpatokan pada hari baik, sehingga permintaan bahan bangunan akan mengikuti musim  hari-hari baik. Salah satunya permintaan ukiran kayu yang akan ramai pada bulan-bulan tertentu. Khususnya bulan-bulan setelah Galungan seperti sekarang ini.

Salah seorang pengusaha ukiran di Abianbase, Badung, I Made Rai Parwata, saat ditemui, Rabu (13/2) mengatakan, setelah Galungan tepatnya 1 bulan 7 hari setelahnya, ada banyak hari baik untuk upacara termasuk membangun rumah. Hal ini mempengaruhi jumlah pesanan akan ukiran kayu termasuk ukiran batu/bata yang meningkat. Ramainya permintaan ini akan terus berlanjut, terutama pada 3 bulan sebelum Galungan peningkatan permintaan akan lebih terasa. “Kalau satu bulan sebelum Galungan hingga satu bulan setelahnya permintaan mulai sepi, karena dewasa membangun dan melaspas sudah jarang,” jelasnya.

Saat sepi pesanan, Rai Parwata mengatakan pihaknya akan mengerjakan stok beberapa barang. Hal ini dilakukan agar karyawan yang dipekerjakannya tidak sampai libur. Dan saat pesanan ramai serta tenaga di tempatnya kewalahan, pihaknya pun akan memperkerjakan pekerja freelance yang siap dipanggil sewaktu-waktu.

Disinggung soal jenis yang banyak diminta oleh konsumen, Rai Parwata mengatakan bervariasi. Kebanyakan yang mengikuti hari baik adalah sepaket bale (rumah) yang akan dibangun. Misalnya bale daje, bale dangin atau sebagainya. Ini membutuhkan proses yang cukup lama, dari pemesanan hingga selesai sekitar 3 bulan pengerjaan.

Harga yang ditawarkan juga bervariasi tergantung jenis bangunan, jenis ukiran serta ukuran bangunan yang dibuat. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp60 juta, Rp80 juta, Rp90 juta hingga Rp175 juta untuk satu paket ukiran kayu.

Masyarakat juga bisa meminta paket lengkap dengan pondasi dan ukiran batu untuk tembok dengan harga yang ditawarkan mulai dari Rp250 juta hingga Rp375 juta. “Kalau yang minta full biasanya mereka hanya menyediakan lahan, dan semua keperluan bangunan lain hingga pengerjaaan diserahkan kepada kami,” terangnya. (wid)