Amlapura (Bisnis Bali) – Anak-anak muda di Desa Sibetan, Karangasem, sudah memanfaatkan teknologi dalam berusaha. Sejumlah anak muda di desa penghasil salak itu, memanfaatkan potensi desanya sebagai penghasil salak. Mereka jualan buah salak secara online.
Hal itu disampaikan pengelola Bali Sibetan Volunteer & Learning Center, Ida Bagus Ketut Pujayasa, saat ditemui di sekretariatnya, Minggu (10/2) kemarin. Menurut pria yang pernah bekerja melanglang buana di kapal pesiar dan di perhotelan itu, anak-anak muda di Sibetan sudah tak malu lagi berjualan. Belakangan mereka, berjualan secara cerdas, memanfaatkan teknologi informasi seperti lewat media sosial Facebook (FB). Yang lebih menarik, cara jualan mereka secara cerdas, yakni jenis salak disampaikan, seperti di Desa Sibetan ada belasan varian jenis salak, ada salak nangka, salak gula pasir dan salak porong, berikut disampaikan citarasa dan harganya. ‘
’Anak-anak muda di Sibetan banyak yang berjualan salak lewat FB. Hal ini cukup menggembirakan, dengan harapan saat musim panen raya harga salak tak jatuh menjadi murah,’’ katanya.
Dari pantauan di Desa Sibetan dan sekitarnya, saat ini sedang musim panen salak. Buah salak segar banyak dijual berupa buah salak segar, dikemas dalam keranjang atau besek besar. Seperti tampak di Pasar Kalanganyar atau Pasar Telaga Desa Sibetan serta di Macang Kecamatan Bebandem, terlihat banyak buah salak segar sudah dikemas untuk siap dinaikkan ke dalam truk besar untuk dikirim ke pasar luar Karangasem, seperti ke Denpasar, NTB, bahkan ke Jawa.
Menurut Pujayasa, pria yang juga mengolah salak menjadi produk olahan pascapanen seperti juice atau sari buah salak dan sejumlah olahan lainnya, belakangan ini saat musim panen, harga salak sudah tak terlalu murah lagi. Kalau dulu, saat musim salak, harga salak bisa sangat murah bahkan sampai Rp 500 per kg. Karena terlalu murah, banyak petani membuang atau tak memanen buah salaknya, tetapi dibiarkan di pohonnya. Sebab, biaya panen dan pengangkutan tak tertutupi dari menjual hasil panen salak itu. Namun kini selain buah salak sudah banyak diolah menjadi produk olahan, juga dipasarkan dengan cepat secara online. Jadinya, harga salak saat musim panen raya seperti dalam beberapa bulan ini, harga salak paling rendah Rp 2 ribu per kg. Ada Rp 3 ribu per kg di tingkat petani. Namun salak dengan ukuran lebih besar, minimal Rp 5 ribu per kg di tingkat petani.
Di pasar tradisional harga buah dengan kulit seperti sisik ular ini berkisar Rp 8 ribu per kg. Di luar musim harga salak lebih tinggi lagi, berkisar Rp 12 ribu, bahkan salak gula pasir berkisar Rp 50 ribu per kg. (bud)