Destinasi Tercemar, Sampah Plastik Ancam Pariwisata Bali

788

Penanganan sampah plastik memang memerlukan langkah serius. Hal ini pun membutuhkan dukungan semua pihak, baik pemerintah, swasta, industri pariwisata dan masyarakat. Jika tidak akan berdampak buruk bagi citra pariwisata Bali secara berkelanjutan, mengingat sektor pariwisata adalah sumber pendapatan daerah dan masyarakat. Seperti apa pelaksanaannya?


BELUM lama ini, Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kota Denpasar mengeluarkan peraturan tentang pengurangan penggunaan kemasan plastik. Hal ini pun sudah mulai disosialisasikan dan diterapkan di pasar dan toko-toko modern termasuk di pasar tradisional. Tentunya realisasi kebijakan yang sudah mulai dijalankan ini, belumlah memberi perubahan yang besar terhadap pengurangan timbulan sampah plastik di Bali, karena masih banyaknya produk kemasan plastik yang beredar di pasaran. Terlebih lagi Bali Selatan termasuk Kota Denpasar dan Badung Selatan yang menjadi hilir dengan banyaknya permasalahan sampah yang dihadapi.

Seperti halnya belum lama ini media massa menampilkan beribu-ribu ton sampah plastik yang menumpuk di pesisir pantai. Beberapa pantai yang dilaporkan menerima sampah kiriman yaitu Kuta, Kedonganan, Legian, Seminyak dan Canggu. Termasuk juga berdasarkan pantauan yang dilakukan di kawasan Hutan Mangrove di Suwung, Denpasar, tumpukan sampah plastik tampak di sela-sela akar tanaman mangrove. Tentunya hal ini sangat mengganggu pemandangan, terlebih lagi dua wilayah ini (Denpasar dan Badung) menjadi ikon pariwisata Bali.

Wakil Ketua Umum Dewa Pimpinan Pusat (DPP) Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) I Made Ramia Adnyana, S.E., M.M. mengatakan, keberadaan sampah plastik di Bali sudah sangat mengkhawatirkan dan perlu disikapi secara lebih intens, agar destinasi  Bali tidak tercemar oleh sampah plastik. Terlebih lagi, dikatakannya, wisatawan yang datang saat ini sangat jeli terhadap lingkungan destinasi yang dikunjungi. “Ini hampir semua wisatawan, baik Eropa, Amerika, Australia, Jepang, Korea dan Singapura. Mereka sangat concern dengan lingkungan,” ujarnya.

Diakuinya, komentar ataupun komplin dari wisatawan baik secara langsung ataupun melalui media sosial tidak sedikit didapatkannya terkait keberadaan sampah plastik di beberapa kawasan wisata di Bali. Hal ini pun dikhawatirkan akan mempengaruhi kunjungan wisatawan tersebut ke Bali. Meski pada akhirnya wisatawan mampu mengerti dengan penjelasan secara langsung atas kendala yang dihadapi Bali terkait penanganan sampah, dan berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi permasalahan sampah, namun pihaknya tetap khawatir jika akan ditinggalkan wisatawan. “Beberapa operator tur dan wholesaler Eropa malah mengultimatum hotel-hotel jika masih menggunakan plastik akan dicabut dari program mereka atau tidak dipromosikan,” jelasnya.

Demikian juga dikatakannya, saat ini dalam dunia pariwisata sudah dikembangkan konsep responsible tourism, yang diperlukannya peran aktif wisatawan untuk menjaga kelestarian destinasi yang dikunjungi. “Dengan itu, masyarakat Bali sebagai tuan rumah juga harus menjaga kebersihan, keamanan dan kenyamanan serta kelestarian destinasi,” ujarnya.

Dengan demikian, dia berharap, selain pemerintah, pelaku industri, masyarakat dan stakeholder bisa bekerja sama untuk sadar terhadap permasalahan sampah yang melanda Bali. Demikian juga dengan dikeluarkannya pergub dan perwali tersebut akan membuat masyarakat lebih sadar untuk bijak menggunakan plastik.

Di samping itu, mendukung pergub dan perwali yang telah dikeluarkan pemerintah, beberapa gerakan untuk menangani permasalahan sampah plastik pun mulai digelar. Seperti halnya belum lama ini, Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah) Indonesia Bali bersama Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Bali menggelar aksi bersih-bersih sampah di sekitar Pura Besakih yang berkerja sama dengan Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota se-Bali untuk menurunkan 10.000 massa. Gerakan ini pun diharapkan mampu membangkitkan kesadaran masyarakat untuk lebih bijak menggunakan plastik dan lebih peka dengan lingkungan, terutama menjaga kawasan tempat suci di Bali.

Selain itu, beberapa instansi pemerintahan pun tidak mau ketinggalan dalam kegiatan ini. Jumat (8/2) kemarin, PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali juga turun membersihkan sampah di area Hutan Mangrove Denpasar. Kegiatan yang juga mengajak karang taruna dan beberapa pelajar ini juga bertujuan mengajak masyarakat bersama-sama memerangi sampah plastik. Kegiatan ini diharapkan mampu menggerakkan instansi dan stakeholder termasuk masyarakat untuk mengurangi timbulan sampah plastik serta membuang sampah plastik dengan cara dan tempat yang tepat. (wid)