Mangupura (Bisnis Bali) –Bursa Efek Indonesia (BEI) Bali mencatat sepanjang 2018 jumlah investor terus mengalami peningkatan dibandingkan kondisi sama 2017. Dari jenis pekerjaan, peningkatan jumlah investor tersebut tertinggi berasal dari pegawai swasta mencapai 35 persen sementara guru dan pensiunan masih 1 persen.
“Klasifikasi investor saham di Bali berdasarkan jenis pekerjaan sepanjang 2018, pegawai swasta memang terbanyak,” kata Kepala Kantor BEI Bali Agus Andiyasa di Nusa Dua.
Pegawai swasta terbanyak menjadi investor saham seiring makin gencarnya sosialisasi yang dilakukan BEI Bali dan ketertarikan mereka untuk berinvestasi selain di lembaga keuangan dalam hal ini perbankan. Itu juga menunjukkan inklusi keuangan mereka khususnya di pasar modal lebih banyak.
Sementara klasifikasi jenis pekerjaan lainnya yaitu berasal dari pelajar 18 persen, pengusaha mencapai 13 persen, pegawai negeri 12 persen, ibu rumah tangga 2 persen dan lainnya 18 persen. Ia mengatakan, sepanjang 2018 jumlah investor (SID) mencapai 15.482 atau lebih tinggi dari 2017 mencapai 10.729 SID, 2016 mencapai 8.449 SID, 2015 mencapai 6.484, 2014 mencapai 5.343, 2013 mencapai 4.193 dan 2012 hanya 3.747 SID.
“Pada 2018 jumlah investor di Bali bertumbuh 44,3 persen,” jelasnya.
Menurutnya pasar modal menjadi tempat investasi yang menjanjikan, termasuk bagi kalangan pensiunan, guru dan ibu rumah tangga meski dari sisi persentase kecil. Pensiunan di era saat ini kendati tidak lagi bekerja namun masih bisa berproduksi dengan berinvestasi saham karena menjadi seorang investor dapat mendatangkan keuntungan. “Dengan berinvestasi di saham maka selama masa pensiun tidak menghadapi kesulitan keuangan,” ujarnya.
Diakui, investasi melalui saham di pasar modal minim risiko karena jika tidak ingin dijual sahamnya, investor bisa mendapatkan deviden dari perusahaan yang dibeli sahamnya.
Ini pula membuat jumlah investor di Bali mengalami pertumbuhan yang positif dan meningkat dari tahun ke tahun. Utamanya kalangan pelajar yang jumlahnya makin membaik.
Agus tidak memungkiri meski dolar AS menguat, kondisi pasar modal di daam negeri saat ini masih menunjukkan kinerja yang bagus. Hal itu dibuktikan dengan masih bergeraknya arus dana masuk ke pasar modal. Karena itu, investor dalam negeri jangan takut berinvestasi di pasar modal. Kondisi saat ini murni akibat faktor eksternal yang terus bergejolak, bukan karena saham dan obligasi yang kurang baik.
“Dari sisi transaksi masih bagus begitupula pertumbuhan jumlah investor terus mengalami pertumbuhan,” katanya.
Pemerhati pasar modal dari Undiknas University Prof. Sri Darma mengatakan investasi di pasar modal memiliki kelebihan karena nilainya tergantung kinerja emiten. Jika perusahaan memiliki fundamental perusahaan cukup bagus, maka investor pun bisa mendapat imbal hasil yang tinggi.
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi sependapat potensi pertumbuhan investor masih terbuka mengingat BEI memiliki 30 kantor perwakilan dan 420 galeri investasi
“Pada 2019 ini jumlah investor masih akan tumbuh,” jelasnya.
Ia pun berharap makin banyak perusahaan di Bali yang bisa segera go public. Sampai saat ini masih terdapat 3 emiten yang berdomisili kantor pusat di Bali yaitu PT Towerindo Sentra Tbk, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk, dan PT Island Concepts Indonesia Tbk.*dik