Mangupura (Bisnis Bali) –Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai masih tergolong kecil masyarakat yang berinvestasi di pasar modal. Untuk Bali sendiri jika dibandingkan dengan jumlah penduduk daerah ini pada 2015 mencapai 4.152.800 jiwa, maka jumlah penduduk Bali yang berinvestasi di sektor saham sekitar 0,57 persen dari total jumlah penduduk.
“Jumlah itu tentu tergolong kecil sehingga BEI terus berupaya melakukan edukasi dan mengenalkan investasi saham kepada semua lapisan masyarakat, khususnya kalangan milenial yang merupakan pasar potensial,” kata Direktur Utama BEI Inarno Djajadi di Nusa Dua.
Ia menyebutkan secara umum jumlah investor pasar modal sektor saham di Bali per Desember 2018 mencapai 23.787 investor. Sementara secara nasional jumlah investor pada 2018 telah menembus 1,6 juta atau mencapai rekor tertinggi tahun ini.
“Dari jumlah investor tersebut 830 ribu merupakan ritel dalam bentuk individual, sisanya reksadana,” ujarnya.
Bercermin kondisi tersebut, pihaknya menargetkan pertumbuhan investor pada 2019 tumbuh 20 persen secara nasional. Untuk Bali, Inarno optimis bisa mencapai 15.000 investor setelah tahun lalu tumbuh 43 persen atau di kisaran 10.000 investor.
“Potensi pertumbuhan investor masih terbuka mengingat BEI memiliki 30 kantor perwakilan dan 420 galeri investasi,” jelasnya.
Ia pun berharap makin banyak perusahaan di Bali yang bisa segera go public. Sampai saat ini masih terdapat 3 emiten yang berdomisili kantor pusat di Bali yaitu PT Towerindo Sentra Tbk, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk, dan PT Island Concepts Indonesia Tbk.
”Kami juga mendorong perusahaan di daerah ataupun emiten bisa segera mengeluarkan green bonds atau surat utang berwawasan lingkungan,” harapnya.
Sementara itu Anggota Dewan Komisioner OJK sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Hoesen mengatakan, OJK bersama BEI akan terus meningkatkan pemahaman masyarakat khususnya di daerah atas informasi aktual perkembangan di pasar modal. Itu sebagai upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam berinvestasi yang cerdas dan aman.
“Masyarakat bias menjadi investor di pasar modal,” katanya.
Berdasarkan survai indeks literasi keuangan pada 2016, indeks pasar modal nasional mencapai 4,4 persen meningkat dari yang sebelumnya pada 2013 yaitu 3,79 persen. Itu artinya dari 2013 – 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,61 persen.
Sedangkan untuk indeks inklusi nasional pada 2016 juga mengalami peningkatan dari 0,11 persen pada 2013 menjadi 1,25 persen pada 2016 atau meningkat 1,14 persen.*dik