AKADEMISI pariwisata Unud Dr. Drs. Ec. I Putu Anom, B.Sc.,M.Par., menilai, pesatnya mobilitas penduduk maupun kunjungan wisatawan ke Bali, menjadi angin segar bagi pertumbuhan ekonomi Bali. Namun langkah untuk mensinergikan sektor pariwisata dan pertanian yang dilakukan Gubernur Bali, memang sangat tepat dan mendesak dilakukan.
“Kemajuan pariwisata berdampak pada banyaknya orang datang ke Bali tidak hanya wisatawan tapi juga orang – orang yang mencoba peruntungannya dan mencari pekerjaan di Bali. Mereka tentunya membutuhkan barang – barang konsumsi yang tersedia di berbagai pasar, di swalayan, pasar tradisional, maupun warung-warung yang dimiliki masyarakat,” paparnya. Dengan demikian seharusnya bisa mendorong pertanian untuk lebih maju, namun tak dipungkiri serbuan dari luar juga tak terbendung.
Apalagi, dengan adanya tren masyarakat lebih banyak berbelanja ke pasar-pasar swalayan karena tersedianya berbagai jenis produk dengan harga yang pasti. Demikian pula wisatawan yang berkunjung ke Bali juga lebih banyak berbelanja di pasar swalayan. “Karena kondisi pasar tradisional yang masih terkesan kumuh, meski sebagian pasar sudah direvitalisasi. Padahal itu bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan, yang tidak ada pasar tradisional di daerahnya,” ungkapnya.
Melihat adanya fenomena seperti itu tentu diperlukan kebijakan dari pemerintah daerah untuk mendorong agar produk-produk hasil pertanian lokal yang diproduksi masyarakat lokal juga bisa eksis laku terjual dipasaran agar petani bisa berproduksi secara berkelanjutan.
“Maka tentu sudah tepat pemerintah daerah Bali dalam hal ini bapak Gubernur mengeluarkan Pergub No. 99 Tahun 2018, mewajibkan pasar-pasar swalayan menjual produk-produk hasil pertanian lokal,” pungkasnya. (pur)