Denpasar (Bisnis Bali) – Kontribusi pungutan wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Bali sebesar 10 dolar AS per orang, dipastikan berdampak pada kunjungan wisatawan yang berlibur ke Bali. Pungutan kontribusi 10 dolar AS, akan mengalihkan wisman low budget (kelas menengah ke bawah) bergeser dari Bali ke destinasi lainnya.
Ketua INCCA Bali, IB. Surakusuma, Minggu (27/1) mengatakan, pungutan 10 dolar seharusnya tidak perlu ketika semua pajak yang dipungut pemerintah optimal digunakan untuk pembangunan dan pelestarian budaya. Pajak-pajak semestinya juga dimanfaatkan pelestarian aset-aset pariwisata termasuk pelestarian budaya.
Ia menjelaskan, wisatawan di Bali sudah dibebankan berbagai pajak, mulai terbang ke Bali di tiket pesawat sudah dibebankan pajak.
Pemanfaatan akomodasi dan makan minum dikenakan pajak hotel dan restoran (PHR). Ini belum pemanfaatan daya tarik wisata dan paket wisata lain juga sudah dibebankan pajak. “Setelah dibebankan berbagai pajak lagi dibebankan pungutan kontribusi 10 dolar dan ini tentu akan menimbulkan pro dan kontra,” katanya.
Dipaparkannya, pelaku pariwisata tidak bisa mengikat wisatawan hanya untuk berlibur ke Bali. Ketika dibebankan pungutan retribusi tentu mereka akan mempertimbangkan berlibur ke destinasi dunia yang lain.
Lebih lanjut dikatakannya, Bali selama ini masih lebih banyak dikunjungi wisatawan budget. Mereka tentu betul-betul mempertimbangkan keuangan mereka untuk berlibur ke Bali.
Pungutan kontribusi 10 dolar AS, juga tidak berlaku umum di pasar pariwisata secara internasional. Sosialisasi dan penerapan pungutan retribusi kepada wisatawan menjadi sangat sulit.
Tambahan pengenaan pungutan 10 dolar AS, tentu sangat membebankan wisatawan budget. Mereka akan memilih berlibur ke destinasi dunia lain yang menjadi pesaing. Nilai pungutan kontribusi 10 dolar AS per wisatawan nilainya cukup besar, karena wisatawan budget ke Bali menggunakan pesawat dengan tarif kelas budget.
Pria yang akrab disapa IB. Lolec ini menilai, pungutan kontribusi 10 dolar AS tidak bisa digunakan untuk menjadi jaring untuk menggaet wisatawan berkualitas. Hal ini dikarenakan, wisatawan ke Bali masih didominasi wisatawan budget, fasilitas pariwisata di Bali masih banyak menawarkan kelas budget. “Ketika pungutan kontribusi 10 dolar AS diberlakukan maka akan terjadi penurunan wisman kelas budget yang berlibur ke Bali,” katanya.
Surakusuma menambahkan, akomodasi di Bali masing-masing sudah memiliki pasar. Ketika wisman budget menurun ke Bali, maka home stay, hotel melati akomodasi kelas budget lain akan kehilangan pasar. (kup)
LOW BUDGET – Wisatawan kelas budget dikhawatirkan menurun ke Bali ketika pungutan kontribusi 10 dolar AS per wisatawan diberlakukan.