Penggunaan pusung tagel dalam tata rias rambut pada perempuan menjadi sebuah ciri khas untuk menjaga kelestarian Bali. Namun kecenderungan masyarakat khususnya perempuan menganggap penggunaan pusung tagel susah dan ribet, sehingga banyak perempuan yang enggan menggunakannya.
WORKSHOP tata rias kecantikan yang digelar oleh Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Agung bekerja sama dengan Harian Bisnis Bali ini memperkenalkan cara membuat pusung tagel praktis dan tentu lebih ekonomis, karena bisa dilakukan sendiri.
Bertempat di Banjar Buluh, Desa Wisma Kerta, Kecamatan Sidemen, Karangasem dengan menyasar ibu-ibu PKK dan remaja putri, LKP Agung beri pengetahuan tentang cara penggunaan pusung tagel yang baik dan benar pada Minggu (27/1) kemarin.
Pakar kecantikan sekaligus pemilik LKP Agung Dr. Dra AA Ayu Ketut Agung, M.M. turut hadir menjadi narasumber dalam kegiatan workshop. Dalam kesempatan tersebut, dia mengatakan, penggunaan pusung tagel sebagai ciri khas bagi wanita Bali hendaknya tidak tergerus oleh zaman. Dijelaskannya, penggunaan pusung tagel ini tidak ribet, jika mengetahui tekniknya dengan baik.
Tidak hanya teori, dalam kegiatan ini, Ketut Agung juga mempraktikkan tata cara penggunaan pusung tagel beserta pusung gonjer yang menjadikan salah satu peserta workshop sebagai model. Penggunaan pusung tagel dan pusung gonjer yang dilakukan pun hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Antusiasme peserta sangat tinggi untuk mengikutinya.
Selain penggunaan pusung tagel, Ketut Agung juga memaparkan cara menggunakan make-up, mulai dari membersihkan wajah, penggunaan bedak ataupun alas bedak hingga penggunaan eye shadow, lipstick dan blush on. Demikian tidak lupa pula pihaknya mensosialisasikan tata busana yang baik dan benar untuk ke pura. Hal ini tentunya memberi manfaat kepada masyarakat yang sudah bisa merias secara mandiri tanpa harus pergi ke salon. Dengan demikian, dikatakannya mampu menambah nilai ekonomis dalam keluarga.
Sementara itu, Perbekel Desa Wisma Kerta, I Wayan Suyasa yang membuka acara ini, memberikan apresiasi atas dilaksanakannya kegiatan ini. Menurutnya, di era milenial saat ini, tata rias susah menjadi kebutuhan bagi masyarakat khusunya perempuan. Berbagai kegiatan yang dilakukan masyarakat akan dirasa kurang lengkap jika tidak didukung oleh tata rias. “Saat ini di desa-desa banyak terbentuk kelompok masyarakat, seperti sekeha kidung, sekeha rejang dan sebagainya. Dalam menampilkan kegiatan tersebut masyarakat membutuhkan tata rias untuk memberikan penampilan yang terbaik,” ujarnya.
Dengan demikian, diadakannya kegiatan ini dapat mengedukasi masyarakat, sehingga masyarakat mampu melakukan tata rias secara mandiri. “Dengan mampu berhias sendiri, pengeluaran akan berkurang. Dana yang biasanya dibawa ke salon bisa dialihkan untuk memenuhi kebutuhan upakara atau lainnya,” terangnya.
Di samping itu, diharapkannya, dengan diadakan workshop yang mendatangkan langsung pakar kecantikan ini, juga memberikan pengetahuan bagi masyarakat tentang bagaimana menjadi wanita Bali yang baik dan mampu menjaga kelestarian budaya yang dimiliki. (wid)