Denpasar (Bisnis Bali) – Busana Endek dan batik pada 2019 masih tetap eksis dan menjadi tren yang bertahan dari tahun ke tahun. Motif dan warna 2019, diprediksi warna gelap dan motif simetris akan tetap eksis.
Tren busana endek dan batik, menurut sejumlah desainer dan pelaku usaha, awalnya diprediksi akan beralih menjelang pergantian tahun 2018. Namun, dengan kebijakan pemerintah yang merilis Pergub No. 79 Tahun 2018 di bulan Oktober, endek dan batik tetap diminati.
Hal itu diakui pakar busana endek dan batik, Cokorda Istri Mirah. Bagi pemilik Ode.nant Textile ini, tren endek dan batik tidak sepenuhnya disebabkan Pergub tersebut. Ia menilai, selain aturan penggunaan pakaian adat tren endek dan batik juga didorong mulai memasuki masa kampanye.
“Sekarang permintaan seragam endek meningkat, kira-kira 30 persen lah. Untuk saat ini, Pergub penggunaan busana belum terlihat pengaruhnya, mungkin jangka panjang akan efektif,” jelas Cok Istri, di Denpasar.
Selera masyarakat Bali untuk endek dan batik, menurut Cok Istri cukup tinggi dibanding provinsi lain. Hal itu dilihat dari perbandingan jenis endek yang diminati antara endek super dan endek kwalitas (KW) 1 dengan endek biasa dengan perbandingan 70:30.
“Kalau perbandingan itu bukan persoalan biaya, tapi selera orang Bali memang beda. Saya bandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, Bali punya selera yang berbeda,” tukasnya.
Dengan kondisi tersebut, dari sisi ekonomi, ia mengatakan peluang menekuni bisnis busana adat cukup tinggi, mengingat penggunaan busana adat khususnya berbahan endek, tidak saja digunakan saat kegiatan formal namun kini mulai sering pada kegiatan non formal.
Sayangnya, sambung Cok Istri, belum banyak generasi muda yang melirik bisnis busana adat, hanya 30 persen dan sisanya lebih banyak ditekuni Ibu Rumah Tangga (IRT), yang notabene tak banyak memahami penggunaan teknologi informasi sebagai toko daring.
“Khususnya busana, memang agak unik. Meski teknologi sudah maju, bisnis busana penjualannya lebih eksis secara konvensional dibandingkan secara online,” imbuh Cok Istri.
Menurutnya, dengan selera yang tinggi calon pembeli ingin melihat produk secara langsung, untuk memastikan motif dan kualitas produk. Cok Istri berharap dengan selera masyarakat Bali yang tinggi ini dapat didukung dengan pengusaha busana adat yang tetap menjaga kualitas. (pur)