Produk Perak Bali Miliki Keunggulan Desain dan Motif

1907
MEMPESONA - Pesona perhiasan perak Bali begitu memikat sehingga tak salah kalau prospektif baik di pasar dalam negeri maupun ekspor. Berkiblat dalam persaingan pasar dunia perajin tak hanya dituntut kuat dalam permodalan, manajemen bisnis yang mumpuni, juga penguasaan teknologi digital, agar lebih efektif dan efisien dalam pemasaran

Perhiasan perak Bali dengan pesona desain dan motif tradisionalnya yang khas dan memikat, merupakan salah satu komoditi unggulan baik di pasar dalam negeri maupun ekspor. Apalagi yang mesti dilakukan perajin untuk meningkatkan daya saing produk kearifan lokal ini? 


PESONA perhiasan perak Bali memang khas dan memikat sehingga tetap mampu menggugah minat beli pasar. Kekhasan itu tak hanya pada keunikan desain dan motif tradisionalnya yang kental nuansa seni budaya Bali, perak Bali juga tak kalah populer dibandingkan perhiasan emas sebagai koleksi sekaligus sarana investasi. Tak salah kalau perak Bali makin diminati pasar dalam negeri dan ekspor. Menyikapi potensi dan peluang perak Bali yang terbuka, sudah tentu tantangan bagi perajin berinovasi juga dalam memarketing produk. Hal ini makin vital karena terintegrasi dalam persaingan era digital, perajin dituntut makin peka terhadap setiap perubahan tren mode perak dunia yang tengah berkembang, sehingga mampu menciptakan desain dan motif serta varian produk yang terbaru secara berkesinambungan.

Memarketing produk tak sebatas inovasi desain dan motif saja. Di dalamnya menyangkut komitmen menggunakan material bermutu, sehingga hasil produksi sesuai dengan standar perdagangan dunia. Selama ini kalau masih banyak perajin perak Bali yang mengandalkan bahan baku buatan lokal itu semata karena masih lemahnya kemampuan permodalan dan kurangnya sinergi antarperajin untuk mampu mengakses bahan baku perak yang bermutu dengan kadar 925 persen yang diproduksi PT Aneka Tambang (Antam) Jakarta. Ke depan ini juga perlu mendapatkan perhatian pemerintah daerah khususnya instansi terkait untuk mampu menyikapi kelemahan para perajin khususnya dalam permodalan selain manajemen bisnis serta promosi dengan begitu daya saing industri perak Bali makin bisa diandalkan.

Ketua Asosiasi Perak Indonesia (API) Bali, Nyoman Mudita baru-baru ini menyampaikan, fenomena yang dialami perajin perak Bali memang salah satunya persoalan bahan baku. Untuk bisa berkiblat di pasar dunia, menurutnya, diperlukan permodalan sekitar Rp 5 miliar lebih sehingga baik dalam menjaga kontinuitas produksi, memenuhi permintaan pasar dalam jumlah besar, dan lainnya dapat dilakukan dengan baik. Sebagaimana diketahui, bersaing di pasar dunia perubahan dan kemunculan tren desain dan motif sangatlah cepat. Demikian selera pasar terus berubah pun jumlah permintaan dalam jumlah banyak. Jika perajin ditopang permodalan yang kuat, manajemen bisnis yang mumpuni, serta penguasaan teknologi digital dalam promosi tentu manfaat yang diperoleh akan lebih optimal.

Salah seorang perajin perak Bali, Agung Swastika menyampaikan bisnis perak Bali memang menjanjikan. Itu karena bagi sebagian konsumen walaupun sudah memiliki koleksi berupa perhiasan emas, belumlah lengkap tanpa perhiasan perak. Kombinasi kedua jenis perhiasan ini saat digunakan bisa menambah kepercayaan diri seseorang. Perak dengan kualitas material yang terjamin membuat perhiasan perak awet dan baik untuk koleksi maupun investasi.

Saat ini pengembangan berbagai jenis desain dan motif perak di sentra-sentra produksi di Bali dapat dikatakan telah mengacu pada pemanfaatan bahan baku berstandar perdagangan dunia/ekspor. Ini penting menyikapi prospek pasar ekspor perak Bali yang sangat terbuka. Walaupun dinamikanya di lapangan  karena kendala modal, manajemen produksi yang masih lemah dan lainnya masih ada sebagian kecil yang menggunakan material lokal. Upaya meningkatkan daya saing salah satu komoditi andalan Bali ini di kancah persaingan dunia, sudah tentu para produsen harus terus berbenah, membenahi manajemen produksi, mengadopsi promosi digital, tak kalah esensial adalah memacu kreativitas para pemotif agar mampu menghasilkan karya-karya desain dan motif yang unik dan menarik.

Patut dibanggakan Bali yang memiliki warisan seni buadaya adiluhung yang melatarbelakangi kehidupan para seniman pemotif Bali, secara alamiah maupun didukung pelatihan yang intensif telah terbukti mampu melahirkan karya-karya yang terbaik dan sulit dicari saingannya di belahan dunia mana pun. Inilah bagian dari keunggulan bersaing yang dimiliki industri perak Bali untuk makin eksis baik di pasar dalam negeri maupun ekspor. Dukungan pemerintah daerah lewat instansi terkait dalam meningkatkan eksistensi industri perak Bali mulai dari sekala kecil, menengah maupun yang sudah mulai berkembang tentu diharapkan makin memompa semangat para pelaku usaha kearifan lokal ini untuk makin yakin mampu mengambil manfaat optimal dari persaingan pasar bebas di era sejagat ini.

Sebelumnya  produsen perak Sukawati Gianyar, Nyoman Rupadana menyampaikan komoditi perak Bali memang unik selain dari sisi harga jualnya yang relatif terjangkau bagi semua kalangan. Karena itu, upaya tetap mampu menarik minat beli pasar merupakan tantangan terus berinovasi. Inovasi ini tak hanya dari sisi desain dan motif tapi juga dari sisi unsur marketing lainnya, yakni pemanfaatan bahan baku berkualitas, membuat kemasan menarik, promosi digital, juga kemudahan-kemudahan bagi konsumen saat transaksi dengan begitu perak Bali akan tetap ajeg sebagai salah satu mata dagangan populer selain perhiasan emas.

Perak tak kalah prospek sebagai produk investasi karena mengandung nilai seni tinggi, apalagi berkembang tren kolaborasi perak dengan batu akik atau jenis permata lainnya, bagi kalangan kolektor unsur seni yang melekat pada perhiasan perak Bali sangatlah patut diberi penghargaan yang tinggi. Untuk mendapatkan satu pcs cincin perak cantik memang konsumen cukup mengeluarkan Rp 200.000-Rp 300.000, namun jika itu mengandung unsur akik atau permata, apalagi dipercaya memiliki tuah jangan heran penawaran jutaan bahkan puluhan juta rupiah per pcs-nya bukanlah hal baru lagi.

Data Disperindag Provinsi Bali menyebutkan, devisa yang dihasilkan dari ekspor perak Bali yakni 7,28 juta dolar AS  selama triwulan I 2018. Jumlahnya meningkat 731.254 dolar AS atau 11,16 persen dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang  tercatat hanya 6,55 juta dolar AS.

Raihan devisa tersebut atas pengiriman 1,39 juta pcs hasil kerajinan perak hasil tersebut meningkat 29.155 pcs atau 2,13 persen dari triwulan yang sama tahun sebelumnya tercatat 1,36 juta pcs. Produksi perak Bali yang dominan dilakukan para produsen atau pelaku UKM dari Desa Celuk, Kabupaten Gianyar itu memberikan kontribusi 3,89 persen dari total nilai ekspor Bali 197,37 juta dolar AS selama triwulan I 2018, Perolehan total ekspor Bali tersebut meningkat 24,27 juta dolar AS atau 14,88 persen dibanding triwulan I 2017 yang tercatat 163,100 juta dolar AS. Adapun sejumlah negara yang jadi tujuan ekspor antara lain, Singapura yang menyerap kerajinan perak Bali itu 35,31 persen, berikutnya Amerika Serikat 26,91 persen, Hongkong 11,03 persen, Jerman 4,74 persen, Cina 1,49 persen, Australia 0,99 persen, Perancis 0,96 persen, Spanyol 0,54 persen dan Belanda 2,45 persen. Sementara sisanya 15,03 persen diserap sejumlah  negara lainnya di berbagai belahan dunia. *gun