Mangupura (Bisnis Bali) – Usia muda tidak menjamin seseorang terbebas dari ancaman penyakit kritis. Masyarakat harus mulai menaruh perhatian karena dampak dari penyakit kritis bukan saja kematian dan kecacatan, namun beban keuangan berupa biaya rumah sakit dan biaya hidup.
President Director Prudential Indonesia
Jens Reisch di Kuta, Jumat (18/1) mengatakan, berjuang melawan penyakit kritis sangat menguras emosi serta fisik pasien dan keluarganya dan dapat mengganggu perencanaan keuangan. Karenanya melalui PRUCritical Benefit 88, pihaknya berharap dapat memberikan ketenangan pikiran pada nasabah dan keluarganya.
“Nasabah dapat memanfaatkan uang perlindungannya untuk membantu biaya pengobatan rumah sakit dan juga biaya hidup,” ujarnya.
Produk tersebut diakui melengkapi portofolio solusi kesehatan dan proteksi Prudential karena kebutuhan nasabah yang terus berubah.
“Kami percaya PRUCritical Benefit 88 dapat menjadi solusi bagi masyarakat Indonesia dalam mengantisipasi dan mengelola dampak keuangan yang ditimbulkan oleh penyakit kritis,” paparnya.
Ia menilai kesibukan dan tuntutan pekerjaan merupakan tantangan dalam menerapkan pola hidup sehat. Kebiasaan seperti merokok, tidak olahraga rutin, kurang makan buah dan sayur serta kebiasaan makan tidak teratur adalah faktor-faktor risiko utama penyebab PTM.
Berdasarkan World Health Organization (WHO) mengungkapkan, penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan menjadi penyebab 73 persen kematian di Indonesia. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 Kementerian Kesehatan, prevalensi berbagai PTM seperti kanker, stroke, penyakit ginjal kronis dan hipertensi mengalami kenaikan. Hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen prevalensi stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen, penyakit ginjal kronis naik dari 2 persen menjadi 3,8 persen dan prevalensi kanker naik dari 1,4 persen menjadi 1,8 persen.
Tidak hanya itu, PTM juga berpotensi menyebabkan kesulitan keuangan. Penelitian ASEAN Cost in Oncology (ACTION) mengungkapkan bahwa dari 9.513 pasien pengidap kanker yang diteliti lebih lanjut, hampir 50 persen mengalami kebangkrutan dan 29 persen meninggal dunia. Penelitian ini dilakukan dari 2014 sampai 2015.
Berdasarkan data tersebut pihaknya optimistis
melindungi pasien dan keluarganya dari dampak keuangan akibat penyakit kritisvtersebut perusahaan akan selalu mendampingi nasabah dalam setiap tahap kehidupan.*dik