UDANG galah merupakan salah satu jenis udang air tawar yang banyak peminat bahkan sampai diekspor. Dengan melihat peluang tersebut, budi daya udang galah baik skala rumahan maupun skala besar patut untuk digalakkan, apalagi di Bali kebutuhan hotel dan restoran cukup tinggi.
Budi daya udang galah dapat dibagi menjadi dua yaitu pembenihan dan pembesaran. Kalau di Bali, menurut Dr. Ir. Ketut Arnawa, M.P., dosen Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar, lebih banyak dilakukan pembesaran karena pembenihan membutuhkan ketelitian.
Untuk mendapatkan benih udang galah yang berkualitas tinggi, perlu memilih induk yang berkualitas pula. Pilihlah calon induk udang galah yang telah memenuhi persyaratan, yaitu udang galah yang telah berumur sekitar 8-20 bulan. “Pilih induk betina yang berbobot minimal 40 gram dan induk jantan yang berbobot minimal 50 gram,” ucapnya. Sebaiknya juga indukan yang dipilih berasal dari jenis udang dengan pertumbuhan yang cepat.
Induk jantan dan betina harus dipelihara di tempat terpisah. Tempat pemeliharaan indukan udang galah dapat berupa bak atau kolam perawatan dari beton yang memiliki kedalaman sekitar 80-100 cm. “Dalam setiap meter persegi kolam pemeliharaan sebaiknya hanya empat ekor induk. Pakan yang diberikan dapat berupa pelet diberikan 5 persen dari berat udang galah.
Udang galah siap memijah sepanjang tahun dan biasanya terjadi pada malam hari. Udang galah yang siap pijah dapat dilihat dari warna merah oranye gonad yang menyebar di seluruh bagian hingga bagian cephalotorax. Pemijahan biasanya diawali dengan pergantian kulit udang galah betina. Proses perkawinan induk baru berlangsung ketika udang galah betina telah kembali ke keadaan semula.
Pemijahan udang galah dapat dilakukan di berbagai jenis kolam seperti kolam tanah, bak beton, serat kaca ataupun akuarium dengan kepadatan tebar sebanyak empat ekor per meter perseginya dengan perbandingan 1 jantan dan 3 betina. Proses pemijahan biasanya terjadi selama 21 hari dan selama proses ini, berikan pelet 4 kali sehari.
Induk yang telah memiliki telur berwarna abu-abu dipilih lalu letakkan di kolam penetasan dan pemeliharaan yang diisi dengan air payau, pada bak yang berukuran 1 x 1 x 0,5 meter persegi, dimasukkan sekitar 25 ekor indukan. Agar kulitas air terjaga, pakan yang diberikan yaitu potongan kecil kentang, ubi, atau singkong. Telur akan menetas setelah 6-12 jam.
“Untuk memelihara larva udang galah yang baru menetas dipelihara di bak bulat. Pada hari ketiga setelah menetas, berikan pakan berupa nauplii artemia setiap tiga jam,” paparnya. Ganti 25%-50% air setiap hari.
Jika larva telah berkembang benih udang galah dapat dipindahkan dari kakaban ke kolam pembesaran. Harga benih saat ini sekitar Rp 45 per ekor. (pur)