UDANG galah di Bali saat ini lebih banyak dikembangkan di daerah Gianyar dan Karangasem. Kebutuhan sektor pariwisata yang tinggi terhadap udang galah membuat budi daya komoditas perikanan yang satu ini kian prospektif, apalagi dengan Pergub 99 tentang pemanfaatan produk pertanian, perikanan dan kerajinan memberi peluang yang makin besar.
Udang galah merupakan jenis udang air tawar memiliki potensi yang cukup besar dan menjanjikan keuntungan besar. Selain itu permintaan udang galah baik untuk konsumsi domestik maupun ekspor terus meningkat.
Gede Soken, Kasi Budidaya Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, memaparkan udang galah adalah salah satu komoditas air tawar yang prospektif untuk dibudidayakan. Selain di Gianyar dan Karangasem, saat ini tengah dilakukan rintisan budi daya udang galah di Kabupaten Bangli.
Budi daya udang galah lebih banyak dilakukan di kolam meski bisa dilakukan di sawah. Kunci sukses budi daya udang galah terletak pada kualitas air. Budi daya udang galah bisa dilakukan di kolam ataupun tambak darat. “Air harus tersedia sepanjang tahun, bebas polusi, sirkulasi air harus bagus dan bebas pencemaran. Debit air yang dianjurkan 0,5-1 liter per detik untuk luasan kolam 300-1.000 m2,” paparnya beberapa waktu lalu di Bangli. Sirkulasi air yang baik memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembesaran udang galah, sehingga air di kolam harus mengalir.
“Biasanya bibit yang disebar dalam waktu lima bulan sudah bisa dipanen. Size udang galah yang biasa dijual adalah size 25 hingga 30,” paparnya.
Untuk mencapai ukuran tersebut memang harus dilakukan pemeliharaan dengan baik. Pemberian pakan rutin dilakukan dengan pakan khusus udang dua kali sehari. Sementara bibit udang galah bisa di peroleh di Balai benih udang galah di persinggahan Kabupaten Klungkung dengan harga Rp45 per ekor.
Harga jual di pasar kisaran Rp 90 sampai Rp115 ribu per kilogram, tergantung size yaitu mulai 20-30 ekor per kilogram. “Untuk pasar sekarang sangat menunjang dan masih banyak dibutuhkan. Makanya budi daya ini sangat prospek,” tukasnya.
Dikatakan, hama tidak terlalu menjadi kendala yang terpenting adalah melakukan perawatan dengan pengolahan kolam, pemberian pakan serta sirkulasi air karena udang sangat sensitif terhadap oksigen. Bila oksigen kurang udang bisa stres dan mati.
Hama yang sering mengganggu di kolam pemeliharaan adalah ikan-ikan liar yang masuk tanpa sengaja seperti ikan gabus, lele dan lain-lain,” katanya. Untuk mencegah masuknya hama pemangsa tersebut perlu dibuat saringan pada pintu pemasukan dan pengeluaran air kolam berupa hapa yang terbuat dari jaring dengan mesh size 0,2 mm. Selain itu penyakit yang sering menyerang adalah udang berlumut akibat kedalaman air di kolam kurang memadai dengan sirkulasi yang kurang baik. Untuk mengatasi masalah dengan sirkulasi air bisa dipasang kincir angin.
Permintaan ekspor ke berbagai negara seperti Jepang dan beberapa negara di Eropa terus meningkat. Karenanya, budi daya udang galah sangat menjanjikan. (pur)