Denpasar (Bisnis Bali) – Nilai impor Bali yang cenderung alami lonjakan di tengah kondisi fluktuasi rupiah terhadap dolar AS belakangan ini, menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, Adi Ngroho tak berdampak langsung pada laju inflasi. Secara kumulatif (Januari-November 2018) tercatat mencapai 227.573.369 dolar AS, atau mengalami peningkatan 97,19 persen dengan keadaan periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 115.408.942 dolar AS.
“Bila ditelaah secara mendalam akan kelihatan ada tidak adanya hubungan. Namun dampak secara langsung untuk lonjakan nilai impor terhadap laju inflasi memang tidak ada hubungan,” tutur Adi Nugroho, di Denpasar, belum lama ini.
Indikatornya, selama ini meski nilai impor Bali berada dalam jumlah yang cukup besar, namun acuannya buka itu. Paparnya, untuk bisa mempengaruhi atau berdampak pada laju inflasi atau tidak, acuannya adalah segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan konsumsi masyarakat sehari-hari.
Contohnya, bila yang diimpor itu adalah beras, karena dampak menurunnya produksi yang mengakibatkan stok beras di dalam negeri menjadi berkurang dan harganya mahal, maka kondisi tersebut akan memberi andil pada laju inflasi yang meningkat. Katanya, saat ini yang terjadi adalah impor untuk beras ini sudah diukur oleh pemerintah dengan titik kestabilan, sehingga komoditi tersebut tidak berdampak langsung pada laju inflasi.
“Artinya jauh-jauh hari sudah diperhitungkan untuk melakukan impor dengan mengacu pada stok barang yang ada, sehingga ketika beras impor tersebut sudah sampai ke pasaran, maka pengaruh kursnya sudah tidak ada,” ujarnya.
Di sisi lain, sambungnya, belakangan ini untuk komoditas impornya sendiri, sebagian besar bukan terjadi pada komoditas yang berhubungan langsung dengan konsumsi masyarakat sehari-hari. Katanya, impor yang dilakukan oleh Bali ini cenderung menyasar pada barang bukan bahan pangan. Semisal, barang bahan baku modal atau setengah jadi untuk diproses kembali agar bernilai jual sehingga itu tidak ada hubungannya terhadap inflasi.
Sementara itu, dari data BPS Bali mencatat, menurut negara importir barang Provinsi Bali pada 2018, sebagian besar dikirim dari negara Tiongkok 36,79 persen. Selain itu, impor juga berasal dari Hongkong 25,75 persen, Amerika Serikat 10,42 persen, Australia 4,05 persen, Singapura 3,09 persen, Kanada 3,05 persen, Jerman 2,86 persen, Thailand 2,57 persen, Perancis 1,93 persen, dan Italia 1,31 persen. (man)