Denpasar (Bisnis Bali) – Umumnya dalam pelaksanaan penanganan proyek pribadi dilakukan sendiri oleh pemiliknya. Kemudian sebagian lagi penanganan proyek diberikan kepada pemborong. Yang belum populer penanganan proyek diserahkan kepada konsultan.
Ir. IB Putra seorang arsitek sekaligus konsultan bangunan Senin (14/1) kemarin di Denpasar menjelaskan keengganan melibatkan konsultan karena alasan biaya. Padahal para konsultan bangunan umumnya memiliki kinerja profesional. Dapat melakukan efesiensi tinggi, baik sistem kerja yang tepat dan bahan bangunan yang pas.
bukan karena menjadi konsultan lantas menyarankan agar setiap pelaksanan pembangunan melibatkan konsultan bangunan. Akan tetapi sebagai konsultan bangunan mempertaruhkan nama baik. Jika dalam RAB tidak pas maka sanksi yang diterima yakni tidak akan mendapat kepercayan lagi. ”Sanksi tidak percaya lebih bahaya dari sanksi hukuman formal. Kalau kami bekerja sekali lantas tidak benar sehingga konsumen tidak percaya maka sanksinya dratis tidak akan dapat menangani proyek. Konsumen akan memberikan sanksi berupa menginformasikan kepada masyarakat lainnya perihal ketidakbecusan kerja konsultan (oknum) yang tidak baik,” katanya sambil menyebutkan umumnya kerja para konsultan semua bertanggungjawab sehingga pelanggan akan puas.
IB Putra menegaskan konsultan sampai saat ini memang masih sedikit pemilik proyek perorangan atau pribadi yang diserahkan penuh kepada para konsultan. Mereka lebih memilih sebagai pelaksana dirinya sendiri. Karena mereka kurang memahani bahkan sudah terlanjur salah persepsi. Bahwa mencari konsultan bangunan akan menambah biaya besar. Pikirnya karena ada hitungan sekian persen dari total nilai proyek adalah fee konsultan.
Padahal, lanjut Putra dengan melibatkan konsultan bangunan akan terjadi banyak efesiensi. Kemudian pemilik tinggal menyerahkan sesuai kesepakatan dan tanggungjawab semua ada pada konsultan bangunan. Misalkan jika ada pembengkakkan biaya akan menjadi tanggungjawab konsultan. Itu ada dalam perjanjian sehingga pemilik bangunan santai dan tinggal ikut sekali – kali mengawasi. Siapa tahu bahan tidak sesuai spek dalam perjanjian dan lainnya bisa langsung protes kepada konsultan bangunan.
”Saya jamin kalau pemilik bangungan melibatkan konsultan bangunan akan terjadi efisiensi. Baik efisiensi bahan bangunan dan waktu. Selain itu yang terpenting kualitas yang di dapat standar. Semua sesuai perhitungan bangunan yang tepat. Ilmu itu dimiliki semua para konsultan bangunan. Jika pemilik mampu melaksanakan sama dengan para konsultan maka hasilnya juga bagus. Tapi kenyataannya umumnya pemilik takut mengeluarkan fee dan hasilnya justru mengeluarkan dana lebih banyak. Maaf, lihat saja bangunan banyak yang mangkrak, walaupun akhirnya selesai tapi waktunya cukup lama,” jelasnya.
Salah seorang masyarakat yang sedang membangun di seputaran Denpasar Timur, Agung Beratayasa mengakui saat ini sedang membangun rumah tinggal. Pembangunan sudah selesai sekitar 25 persen.
”Saya langsung awasi sendiri pekerjaan pembangunan rumah tinggal. Untuk luas bangunan 200 meter persegi rumah lantai 2 saya siapkan dana 500 juta. Saya tidak tahu apakah dana itu akan mencukupi sampai bangunan saya finishing,” jelasnya sambil mengakui pekerjaannya saja diborongkan. Sedangkan bahan material bangunan dibeli sendiri. Hal ini diyakini akan dapat mengirit biaya. (sta)