PRASARANA dalam rangka menyambut kedatangan wisatawan, mutlak disediakan. Selain objek wisata yang dikelola secara profesional, prasarana jalan raya dan penting serta mutlak ada toilet bertaraf internasional. Sebab wisatawan begitu tiba atau turun dari kendaraan setelah menempuh jarak yang jauh, kebutuhan utama yakni mencari toilet.
Manajer Badan Pengelola Taman Soekasada Oejoeng (TSO) Karangasem, Ir. Ida Made Alit mengatakan, di taman yang dikelolanya, toiletnya sampai kini masih sederhana. Belum layak dikatakan bertaraf internasional. Padahal, pengadaan toilet itu sangat penting, karena kunjungan wisatawan sudah terus meningkat. Bahkan, target kunjungan wisman tahun 2018 tercatat 44 ribu, terlampaui dan jumlah wisman pengunjung mencapai 78 ribu. Pendapatan mencapai Rp 6,5 miliar.
Namun, pendapatan itu wajib disetor ke kas daerah dan ke pemilik yakni ke Puri Karangasem. ”Kami menyetor ke Dinas Pariwisata Karangasem sekitar Rp 1,5 miliar. Semoga, pihak pemkab dan puri memberikan perhatian, tentang perlunya ada beberapa toilet bertaraf internasional di TSO,” katanya.
Ia mengatakan, tahun ini promosi tetap gencar dilakukan. Diharapkan, kunjungan ke TSO terus meningkat, apalagi selain wisatawan Eropa yang suka berkunjungan ke TSO yang merupakan taman peninggalan kerajaan Karangasem, wisatawan Cina atau Tiongkok juga terlihat terus meningkat. Selain terus dilakukan penataan tahun ini, gelar teknologi untuk festival Subak di Karangasem bakal digelar di areal TSO. Gelar teknologi yakni demontrasi plot berbagai jenis tanaman pertanian, memanfaatkan areal sawah seluas sekitar 3 hektar di bagian utara kolam. ”Festival subak yang ketiga tahun ini, digelar di TSO, dengan harapan nilai tambah untuk TSO meningkat. Kami akan menata balai warak, sehingga objek itu kelihatan, di mana dulu, dari mulut patung warak mengucur pancuran, air masuk ke patung singa, air pancuran mengucur dari mulut singa dan berikutnya mengucur lagi dari mulut patung di bawahnya. Ini tak sekadar patung, tetapi ada filosofi dari penggagasnya, Raja Karangasem terakhir AAAA Ketut Karangasem,” kata mantan anggota DPRD Bali itu.
Pria asal Desa Budakeling itu mengatakan, selain festival subak, sekitar Juni tahun ini juga pembukaan pertemuan Jaringan Kota Pusaka se-Nusantara juga bakal digelar di TSO. Saat itu, 78 anggota jaringan yang tentunya mengikutsertakan banyak anggota delegasi, bakal bertemu dan tentunya berwisata di Karangasem. Di lain pihak, pembukaan festival dan pertemuan asosiasi kabupaten penghasil kelapa (Kopek) juga digelar di TSO. Pada pertemuan Kopek itu direncanakan digelar festival atau pameran produk berbahan kelapa.
“Banyak kegiatan yang sudah terencana sejak tahun lalu, bakal digelar di TSO. Selain itu, tentunya masih ada kegiatan lain digelar di sana, baik sekala kecil maupun besar yang bakal menjadi ajang promosi tak langsung bagi TSO,” katanya. (bud)