Tabanan ( Bisnis Bali) – Memasuki 2019 salah satu indikator penting yang jadi perhatian baik pebisnis properti maupun konsumen yakni suku bunga kredit pemilikan rumah ( KPR). Itu karena dari waktu ke waktu pilihan KPR selalu mendominasi jadi pilihan konsumen. Hal itu diungkapkan pengamat properti, Fransiskus, Jumat (11/1), di Tabanan.
Owner Perum Rasuni Regency ini menilai fluktuasi suku bunga KPR berpengaruh sig ifikan terhadap minat dan daya beli pasar. Awal tahun dengan isu suku bunga KPR naik tentu dapat mengerem peemohonan baru, lebih – lebih menunggu hasil pileg dan pilpres 2019.
Pebisnis tentu berharap suku bunga turun agar bisa menjadi stimulus dalam penjulan produk properti. Perbankan yang juga berharap dari sektor properti walaupun sejak beberapa tahun terakhir sangat selektif dan hati – hati karena mempertimbangkan daya beli, tak bisa difungkiri karena memang pihak – pihak yang terlibat tak ada yang mau ambil risiko. Optimisme sejumlah pengembang menggarap segmen menengah vawah awal tahun merupakan harapan baru bagi sektor lain untuk turut terimbas dampak positifnya. Data 2019, sejumlah bank mulai menawarkan suku bunga yang kompetitif dengan kisaran 6,9 persen hingga 12 persen pertahun. Beberapa bank juga masih diam dan menerapkan sumu bunga sama seperti akhir tahun 2018. (gun)