Tabanan (Bisnis Bali) – Kesadaran sejumlah petani di Kabupaten Tabanan untuk ikut dalam program pemerintah pusat melalui Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) masih rendah hingga kini. Padahal, program tersebut
bertujuan meringankan beban petani ketika mengalami kerugian akibat gagal tanam maupun gagal panen dari usaha yang dilakoni.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Tabanan, I Nengah Mawan, belum lama ini mengungkapkan, sebenarnya petani diharapkan oleh pemerintah untuk ikut bergabung dalam program AUTP, yakni dengan membayar 20 persen dari nilai yang ditanggung oleh pemerintah pusat, namun kemudahan tersebut masih kurang direspons oleh petani di Tabanan saat ini.
“Program AUTP tersebut memiliki manfaat yang menguntungkan. Namun, petani kurang merespons. Hasilnya, tahun lalu, meski dialokasikan kecil, namun realisasi dari pencapaian target program tersebut sangat rendah,” tuturnya.
Jelas Mawan yang juga Ketua KTNA Provinsi Bali ini, rendahnya capaian target tersebut disebabkan karena kesadaran petani di Tabanan yang memang masih rendah untuk ikut dalam program tersebut selama ini.
Selain itu, ada kecenderungan keinginan petani agar program tersebut tidak membebankan biaya, mengingat beban biaya produksi yang ditanggung petani sudah cukup besar selama ini.
Sementara itu, menurutnya terkait distribusi pupuk bersubsidi di Kabupaten Tabanan ini sudah terpenuhi dengan baik. Tercermin kebutuhan pupuk untuk keperluan pada musim tanam, sudah berada dalam kondisi yang mencukupi, bahkan evaluasi pada 2017 lalu aloksi untuk pupuk bersubsidi jenis urea justru berada dalam jumlah berlebih. Akuinya, untuk 2018 memang belum mengecek data yang ada, namun prediksinya alokasi untuk pupuk bersubsidi jenis urea juga sama seperti kondisi tahun sebelumnya. Yakni, dalam jumlah yang berlebih.
Sambungnya, bercermin dari kondisi tersebut, khusus untuk ketersediaan pupuk bersubsidi untuk di Tabanan terpenuhi semua, dan terdistribusikan tepat sasaran. Di sisi lain, kelebihan alokasi pupuk urea bersubsidi ini juga merupakan suatu keberhasilan, karena itu mencerminkan bahwa petani sudah mulai mengadopsi pola pemupukan dengan cara pupuk berimbang sesuai anjuran pemerintah.
“Sebelumnya petani yang cenderung hanya fokus menggunakan urea saja, kini pola tersebut pelan-pelan sudah bergeser dengan petani yang mulai menggunakan pupuk organik dan NPK untuk budi daya, sehingga serapan urea akhirnya berkurang dari sebelumnya,” tegasnya.(man)