I Ketut Sukarta, Terpengaruh Musim

345

MUSIM hujan yang membayangi belakangan ini, menurut I Ketut Sukarta, berdampak pada serapan gabah di tingkat petani oleh kalangan Persatuan Penggusaha Penggilingan Padi Beras (Perpadi) di Kabupaten Tabanan mengalami penurunan sekarang ini. Meski turun, kondisi tersebut dipastikan tak berdampak pada berkurangnya stok beras yang beredar dipasaran.

“Kondisi serapan gabah di luar program Gerbang Pangan Serasi memang mengalami penurunan sejak November lalu. Sebab, dipengaruhi oleh musim hujan yang terjadi,” kata Ketua Perpadi Tabanan.

Ia mengatakan, selain itu musim hujan ini membuat pihaknya harus berhitung dengan kondisi minimnya luas lantai jemur yang dimiliki dan tidak adanya mesin dryer (pengering gabah), kondisi tersebut tentu menjadi kendala bila melakukan proses pengeringan gabah.

Ia mengakui, petani untuk memanen padinya saja sulit, apalagi di kalangan usaha penggilingan yang harus menjemur gabah sebelum lanjut ke peroses pengolahan menjadi beras.

Menurut Sukarta, di luar musim hujan, biasanya proses penjemuran gabah ini bisa dilakukan dalam 1-2 hari sudah kering, namun saat musim hujan ini proses jemur hingga satu minggu gabah tersebut belum tentu kering. Akibatnya, terjadi penurunan serapan gabah yang mencapai 25 persen dari rata-rata serapan 10 ton per hari.

Ia menambahkan, selain mengurangi serapan, musim hujan ini jika dilihat dari sisi kualitas panen petani di Kabupaten Tabanan juga agak berkurang dari sebelumnya. Salah satunya, itu terlihat kadar air dari gabah hasil panen petani yang berada di level 25-30 persen pada musim hujan ini. Dampaknya, itu membuat mutu, kualitas dan kuantitas gabah petani menjadi berkurang.

Penurunan kualitas tersebut, yang kemudian membuat harga gabah di tingkat petani mengalami penurunan saat ini. Ia memaparkan, harga gabah yang sebelumnya berada di kisaran Rp 5.200 per kg, sekarang ini harganya turun dengan berada di kisaran Rp 4.900 per kg – Rp 5.000 per kg. (man)