Denpasar (Bisnis Bali) –Pada 2019 memiliki tantangan yang cukup besar bagi bank karena merupakan tahun politik yaitu pemilihan calon legislatif dan presiden. Kendati demikian Bank Mandiri optimis kinerja pada tahun babi tanah saat ini mengalami pertumbuhan dari tahun sebelumnya.
CEO Bank Mandiri Regional XI Bali Nusra Rully Setiawan di kawasan Teuku Umar, Kamis (10/1) mengatakan, pada 2019 ini menargetkan pertumbuhan kredit 20 persen, dana pihak ketiga (DPK) kisaran 18 persen, begitupula dana murah atau current account saving account (CASA) tumbuh kisaran 20 persen.
“Tahun lalu target CASA meningkat 7 persen, saat ini target lebih tinggi lagi. Kami optimis target bisa terealisasi karena mengetahui apa yang akan dilakukan untuk mencapai hal tersebut,” katanya.
Ia pun menerangkan untuk target tabungan pada 2019 juga mengalami kenaikan di kisaran 12,8 persen, giro 30 persen dan deposito 13 persen. Sementara kredit usaha rakyat (KUR) pada 2019 masih menunggu keputusan pusat. Kendati demikian, kata Rully, bank siap mendukung program pemerintah terkait penyaluran KUR.
“Selain KUR, bank juga punya kredit non-KUR yang mengarah ke sektor-sektor usaha kecil seperti tekstil, suvenir hingga menambah binaan,” ujarnya.
Kondisi ekonomi Bali tahun ini yang masih menujukkan pertumbuhan, diakuinya merupakan potensi bagi bank untuk menggarap di berbagai sektor. Banyak usaha di Bali yang menjadi peluang untuk digarap bagi bank. Termasuk di dalamnya kredit pemilikan rumah (KPR). Kredit pembiayaan sektor properti masih tumbuh bagus di Bali pada 2019. Bank pun akan tetap memberikan beberapa kemudahan dari keringanan uang muka, biaya-biaya proses lebih murah dan bagus dari sebelumnya hingga suku bunga terjangkau.
Potensi pembiayaan KPR subsidi di Bali diakui Rully yaitu dari skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). “Pada 2019 ini, kami akan agresif mengarah ke FLPP mengingat masih ada backlog kebutuhan kepemilikan rumah, khususnya pasar menengah ke bawah,” imbuhnya.
Ia pun memastikan kendati memasuki tahun politik, bank masih mampu menghasilkan kinerja yang positif mengarah ke double digit. Keoptimisan tersebut berdasarkan kinerja selama 2018 lalu di mana pertumbuhan kredit meningkat 16,3 persen year on year (yoy) dari tahun sebelumnya Rp 9,31 triliun menjadi Rp 10,82 triliun dan tambahan kredit komersial Rp 1,5 triliun. DPK tumbuh 8 persen yoy yaitu dari Rp21,14 triliun menjadi Rp22,69 triliun. Pertumbuhan DPK tersebut disumbang tabungan 3,2 pesren, giro 13,4 persen dan deposito 9,8 persen.*dik