KEBERADAAN Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) bagi I Made Mustika sangat besar perannya dalam mendukung perkembangan desa. Manfaat tersebut selain memberdayakan potensi ekonomi desa, juga mampu mengurangi angka kemiskinan dengan menyerap tenaga kerja setempat.
“BUMDes mampu menyerap puluhan tenaga kerja yang diambil dari warga miskin setempat,” kata Ketua BUMDes Paksebali, Klungkung tersebut.
Hal itu bisa dilihat salah satunya lewat bantuan mesin pelet dari Bank Indonesia, selain masalah sampah teratasi juga memberi nilai tambah berupa pupuk dan pelet yang sekaligus untuk mendukung pengembangan desa wisata yang dikelola BUMDes.
Dikatakan dua unit mesin pelet bantuan BI ini mampu mengolah sampah 200 kg/jam. Sementara pelet yang dihasilkan akan dijual ke PLN dengan harga sekitar Rp 400/kg. Mustika belum bisa memprediksi kentungan dari mesin ini karena baru beroperasi. Namun, setidaknya bisa menghasilkan pupuk dan masalah sampah teratasi. Dijelaskan untuk mendapatkan sampah, pihaknya mempekerjakan sejumlah tenaga yang mengambil sampah dari rumah warga sebelum nantinya diproses di mesin pelet. Di desa tersebut ada 8 banjar dengan jumlah KK sekitar 1.300. Tiap KK dikenakan iuran sampah Rp 10 ribu dan Rp 15 ribu bagi pengusaha.
Ia menjelaskan, BUMDes Paksebali dibentuk pada 2014 kini telah memiliki lima unit usaha yakni simpan pinjam, desa wisata Tukad Unda, usaha air bersih, pasar desa dan usaha pengolahan sampah. Bahkan, sebelum ada usaha air bersih yang dikelola melalui Usaha Ekonomi Desa (UED) pada tahun 80-an, warga masih sulit dapat air bersih. Kini warga bisa menikmatinya. Usaha simpan pinjam juga bisa mendukung kegiatan ekonomi warga.
Dikatakan BUMDes berkembang cukup bagus dengan omzet Rp 1,1 miliar lebih/tahun dan memiliki untung Rp 45 juta. “Meski untungnya tak terlalu besar, tapi masyarakat di desa ini bisa berkembang, dan terserap tenaga kerjanya,” ujar Mustika. (dik)