Tabanan (Bisnis Bali) –
Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali, menurut Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Bali, I Nengah Mawan jadi angin segar bagi petani di Bali saat ini. Meski begitu, sayangnya kebijakan tersebut belum bisa dibarengi dengan kontinuitas produksi pada sejumlah komoditi.
“Pergub ini sangat bagus dan setuju diimplementasikan. Sebab, bila itu benar-benar terealisasi, maka jadi angin segar bagi petani dalam arti luas di Bali, karena akan berada dalam posisi yang diuntungkan,” tutur Mawan, di Tabanan, Selasa (8/1).
Terangnya yang juga menjabat sebagai Ketua KTNA Tabanan, pada Pergub tersebut mengatur tentang mewajibkan seluruh toko swalayan untuk membeli dan menjual produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan serta perikanan, paling sedikit 60 persen dari total volume produk yang dipasarkan. Selain toko swalayan, hotel, restoran dan katering juga diwajibkan mengutamakan pemanfaatan produk pertanian dan industri lokal dalam kegiatan usahanya. Bercermin dari kebijakan tersebut, acuan 60 persen merupakan jumlah yang cukup besar untuk peluang bagi terserapnya hasil pertanian lokal.
Jelas Mawan, kondisi tersebut tentu akan membuat kendala pemasaran bagi sejumlah produk pertanian di Bali yang sering kali menghantui menjadi terpecahkan. Begitu pula dengan kondisi sering anjloknya harga produk ketika memasuki musim panen sebagai akibat melimpahnya produksi, adanya Pergub No 99 tahun 2018 ini juga bisa menjadi solusi, sehingga petani di Bali mendapatkan harga jual yang layak bagi usahanya selama ini.
Di sisi lain, meski menyambut baik, Pergub tersebut belum bisa sertamerta dibarengi dengan kontinuitas bagi ketersediaan produk oleh petani. Sebabnya, hingga saat ini ketersediaan sejumlah komoditi cendrung masih berpatokan pada musim panen. Contohnya, manggis. Paparnya, hingga saat ini manggis hanya bisa tersedia pada bulan-bulan tertentu saja.
“Mudah-mudahan dinas terkait bisa menyikapi kendala terkait ketersediaan produksi tersebut. Salah satunya, melalui pengembangan bibit, maupun rekayasa teknologi sehingga produksi bisa terjadi disetiap waktu,” harapannya.*man