Denpasar (Bisnis Bali)–Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali mengestimasikan kecukupan beras hingga enam bulan ke depan. Kecukupan pasokan beras di Bali sebagai salah satu upaya strategis dalam upaya pengendalian inflasi di Pulau Dewata pada 2019.
Wakil Ketua TPID Causa Iman Karana di sela-sela menginisiasikan ketersedian pasokan dan stabilisasi harga beras premium di Batubulan, Kamis (3/1) kemarin mengatakan, kondisi saat ini beras kecil penyumbang inflasi. Berdasarkan catatan Bulog, stok beras untuk Bali tetap terjaga hingga Juni 2019 mendatang sehingga masyarakat tidak perlu khawatir.
“Stok beras dalam jumlah yang lebih dari cukup sehingga kami optimis inflasi pada 2019 ini dapat terkendali,” katanya.
Inflasi Bali pada triwulan I 2019 diperkirakan akan melandai pada kisaran 2,30 persen-2,70 persen year on year (yoy). Sementara itu inflasi pada 2018 mencapai 3,1 persen atau masuk dalam rentang sasaran inflasi nasional yang sebesar 3,5% plus minus 1%. Pencapaian inflasi pada 2018 sesuai target meskipun pada tahun kemarin merupakan kondisi yang cukup berat mengingat adanya kegiatan IMF–Bank Dunia AM. Selain tentunya didorong oleh masuknya periode panen khususnya untuk komoditas pangan dan telah berakhirnya periode peak season pariwisata di Bali.
“Itu membuat tingkat harga-harga secara umum relatif lebih terkendali,” ujarnya.
Ia mengatakan, berbagai upaya dilakukan TPID Bali untuk mengendalikan inflasi seperti pemantauan harga pada komoditas-komoditas utama penyumbang inflasi
“Pekerjaan rumah memang masih dari tiket pesawat karena pengaruh dari momen-momen tertentu. Kendati demikian kita akan berkoordinasi dengan maskapai penerbangan terkait hal tersebut,” terangnya.
Kepala KPw BI Bali ini pun menyampaikan tantangan ke depan masih dari bawang merah maupun cabai merah. Upaya yang dilakukan dengan perluasan binaan BI Bali ke sentra-sentra tersebut. Tindakan lain yang akan dilakukan BI sebagai bentuk pencegahan yaitu meningkatkan produksi pertanian seperti padi, bawang merah, cabai dan komoditas penting lainnya dengan memanfaatkan pupuk organik.
“Dengan langkah-langkah tersebut kami harapkan produksi hasil pertanian di Bali dapat mencukupi dan memenuhi permintaan masyarakat,” ujarnya.
Ia pun mengakui masih terdapat faktor risiko yang berpotensi mendorong laju inflasi di Bali antara lain risiko terjadinya cuaca buruk, berupa angin kencang dan frekuensi curah hujan yang tinggi diperkirakan berdampak pada menurunnya hasil tangkapan nelayan.
“Hal itu akan berpengaruh kepada kondisi produksi,” paparnya.(dik)