Gianyar (Bisnis Bali) – Dalam menggarap sektor mikro, bank perkreditan rakyat (BPR) bersaing dengan koperasi dan lembaga perkreditan desa (LPD). Ketua DPN Ipro BPR, Made Arya Amitaba, Kamis (3/1) mengatakan, guna mengurangi gesekan dengan lembaga keuangan mikro, BPR harus menggarap usaha kecil dan menengah.
Kredit bermasalah (NPL) tinggi tidak hanya di BPR tetapi juga di bank umum. NPL BPR sudah di atas 5 persen dan NPL bank umum di atas 1 persen. Idealnya NPL BPR di bawah 5 persen. Penyumbang NPL terbesar di BPR dan bank umum adalah debitur besar. Ketika kredit debitur besar bermasalah maka NPL BPR tentu akan meningkat.
Direktur Utama BPR Kanti ini memaparkan, selama ini BPR memang menggarap sektor mikro. Ketika BPR fokus menggarap sektor mikro maka akan sangat berat dari sisi regulasi. Di samping itu, BPR akan bersaing dengan koperasi dan LPD di sektor mikro. “BPR sangat berat bersaing dengan lembaga keuangan mikro dalam menggarap sektor mikro,” katanya.
Menurutnya, permasalahan saat ini BPR mengalami peningkatan NPL karena debitur besar merasakan dampak perlambatan ekonomi. BPR harus mengupayakan pemecahan penanganan kredit bermasalah yang didominasi debitur besar.
Arya Amitaba menegaskan, sulit bagi BPR untuk kembali fokus menggarap sektor mikro. Dengan peningkatan nilai kredit yang disalurkan, BPR harus mematangkan penggarapan usaha kecil dan menengah. (kup)