Tabanan (Bisnis Bali) – Sektor properti memiliki peran strategis dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Hal itu karena sektor padat modal dan karya ini mempengaruhi banyak sektor ekonomi. Sinergi sektor properti dengan kebijakan pemerintah akan memperkuat ekonomi. Hal itu diungkapkan praktisi properti, Agus Sudiana, belum lama ini, di Tabanan.
Data nasional sejumlah paket kebijakan pemerintah seperti deregulasi berupa Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) XI mengenai penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) final menjadi 0,5 persen dan tarif Bea Perolehan atas Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB) menjadi maksimal 1 persen.
Berikutnya, PKE XIII tentang Perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Belum lagi nilai tukar Rupiah yang terus menunjukkan stabilitas berada pada kisaran Rp 13.300, dan suku bunga acuan Bank Indonesia juga rendah, 4,75 persen, serta tingkat inflasi 4,37 persen. Semua itu diharapkan bisa meningkatkan sektor properti yang disebut salah satu lokomotif ekonomi karena mengerakkan sekitar 177 industri lainnya.
Sementara itu, pengembang Bagio Utomo menyampaikan geliat pasar menengah bawah di Bali patut diapresiasi dengan layanan berkualitas. Kemudahan regulasi bagi pengembang akan turut memaksimalkan pasokan pengembang.
Sektor ini menggeliat berarti jasa konstruksi, artsitek profesional, dan bisnis lainnya akan bergerak pula. 2019 harus dibangun dengan optimisme yang tinggi dengan begitu akan mampu memberikan dampak positif pada perekonomian. Terutama menyerap tenaga kerja yang maksimal dengan begitu akan meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat. (gun)