Amlapura (Bisnis Bali) – Tanaman cabai di Desa Sinduwati, Kecamatan Sidemen, Karangasem, dilaporkan rusak akibat diguyur hujan pada musim hujan ini. Dari sekitar 15 hektar tanaman cabai di desa itu, kata Perbekel Desa Sinduwati I Nengah Rumana, Kamis (3/1) di Karangasem, sekitar satu hektar jika digabungkan mengalami kerusakan.
Rumana mengatakan, tanaman cabai yang rusak, tidak berada pada satu areal. Namun pada satu petak, ada yang rusak belasan sampai puluhan batang. Kerusakan tanaman cabai, umumnya karena busuk. Bunga cabai banyak yang membusuk dan kemudian gugur. Demikian juga pada bakal buah atau buahnya, mengalami pembusukan dan gugur. ‘’Pada musim hujan, karena sinar matahari jarang ada, tampaknya tanaman khususnya cabai sulit melakukan fotosintesa sehingga jumlah buahnya sudah pasti menurun. Ada juga mengalami pembusukan dan gugur sebelum masak atau tua,’’ papar Rumana.
Dia menambahkan, petani cabai tidak bisa berbuat banyak, selain pasrah. Guna mengurangi kerugian, petani cabai selain sudah sejak awal melakukan tumpangsari tanaman, juga ada yang beralih bertanam jenis tanaman lainnya pada musim hujan ini. Ada yang bertanam sayuran, palawija seperti kacang panjang atau sayur hijau. Petani padi juga berkurang bertanam padi pada musim hujan ini, karena biasanya lebih banyak gagalnya, karena terserang penyakit seperti blas atau penyakit padi disebabkan jenis jamur, bakteri atau virus. ‘’Saya berharap ada upaya dari pemerintah yakni Dinas Pertanian, apa jalan keluarnya guna mengurangi kerugian petani cabai. Agar petani diberikan solusi jenis tanaman apa yang pemasarannya mudah atau banyak diserap pasar yang bisa dikembangkan pada musim penghujan,’’ katanya.
Sementara itu, Ketua Komisi III DPRD Karangasem I Gusti Agung Dwi Putra mengatakan, memang Dinas Pertanian Kabupaten Karangasem, mesti mencarikan solusi, bagaimana agar petani di Karangasem, khususnya petani cabai tidak mengalami kerugian besar. Misalnya jangan sampai gagal panen. Petani pada musim penghujan juga tetap bertanam jenis holtikultura seperti cabai dan terung itu, karena nilai ekonomis cabai sangat menjanjikan. Seperti pada akhir tahun 2018, banyak hari raya, yang tentunya konsumsi masyarakat meningkat. Sudah rutin tiap menjelang hari raya apalagi Galungan dan Kuningan, harga cabai melonjak tinggi, karena permintaan atau konsumsi sangat melonjak dibandingkan pada hari-hari biasa. (bud)