Denpasar (Bisnis Bali) – Pesona endek Bali memang memikat. Tak hanya berorientasi pasar lokal tapi juga luar Bali bahkan ekspor. Pelestarian dan pengembangan motif endek Bali bagian dari upaya meningkatkan nilai ekonominya sehingga bermanfaat untuk kesejahteraan pelaku usaha. Demikian pebisnis endek, Ida Ayu Mas, baru – baru ini.
Endek makin tren saat ini karena digunakan untuk busana formal maupun nonformal. Inovasi motifnya yang terus – menerus dilakukan kalangan pemotif memberi pilihan beragam bagi konsumen. Ini positif dalam pengembangan endek ke depan selain meningkatkan promosi oleh para desainer endek di Bali.
Nilai ekonomi yang makin meningkat diharapkan produsen karena peemintaan yang pesat, sementara proses produksi endek yang memakan cukup waktu.
“Penghargaan atas nilai ekonomi kain tenun ikat Bali ini yang makin tinggi diharapkan mampu memotivasi para produsen lebih giat dalam memasoknya sehingga seiring serapan pasar yang tinggi pula pendapatan merek juga meningkat,” imbuhnya.
Terkait harga kain endek, jelasnya bervariasi tergantung kualitas bahan baku juga motifnya. Makin menarik motif endek maka harganya juga mengikuti. Di pasaran dengan Rp 250.000 – Rp 400.000 sudah bisa memperoleh kain endek berkualitas. Sedangkan dalam bentuk busana jadi berupa baju atasan, relatif lebih mahal.
Dia mengapresissi digelarnya even – even promosi di daerah seperti Denpasar Festival ( Denfest) yang juga mengakomodasi produk UKM di dalamnya. Ini akan mamou meningkatkan kecintaan masyarakat akan produk kearifan lokal yang dimiliki.
Ke depan sudah tentu tak sampai di sini saja. Tapi promosi digital yang mewabah peluang bagi produsen merambah pzsar luar Bali bahkan ekspor. Sebanyak 50 alumni Duta Endek Kota Denpasar turut menampilkan 11 garapan desainer pada Pagelaran Kreasi Designer dan ASBEST di ajang “Denpasar Festival 2108”.
Plt. Kadisperindag Kota Denpasar IB Anom Suniem, Minggu, mengatakan ada 11 desainer yang ikut dalam acara ini. Beberapa desainer yang turut andil yaitu Rhea Cempaka, Cok Gek, Puri Suar, Artha Dharma, Anyar, Nikki, Manggek MG Kebaya, Bali Puspa, Tony Hottman hingga Moneko Disainer dari Kabupaten Gianyar.
Ketua Dekranasda Kota Denpasar Ny. Selly Dharmawijaya Mantra mengatakan fashion ini untuk memberikan kesempatan kepada designer Denpasar maupun Bali untuk menampilkan karyanya.
Dengan diberikan kesempatan untuk tampil diharapkan ke depan kita mengetahui tren dan warna apa yang terjadi di tahun 2019. Menurutnya ini merupakan fashion yang berbudaya karena semua bahan berbahan tenun ikat Bali atau endek. Kalau kita hanya memproduksi tanpa diimbangi fashion tidak akan seimbang. Maka dari itu produksi dan fashion harus seimbang. (gun)