Amlapura (Bisnis Bali) – Harga bunga-bungaan untuk sarana banten seperti pacar dan kemikir (gumitir), sempat jeblok setelah Hari Raya Galungan, minggu lalu. Namun, dari pantauan di pasar tradisional di Karangasem, Selasa (1/1) kemarin, harga jenis bunga itu sudah mulai merangkak naik.
Seorang pedagang bunga-bungaan di pasar Karangsokong, Subagan, Karangasem, Ni Wayan Bandem mengatakan, pihaknya menjual bunga pacar Rp 20 ribu satu tas plastik. Berat satu tas plastik itu sekitar 4 kg, sehingga per kg bunga pacar itu Rp 5 ribu.
Sebelumnya, menjelang Hari Raya Galungan jenis bunga itu sempat Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribu per 4 kg. Namun, saat Galungan dan sehari setelahnya, krama Bali sudah selesai nanding canangsari atau banten Galungan, harga bunga pacar jeblok sampai Rp 5 ribu per satu tas plastik atau berkisar Rp 1.000 per kg.
Berikutnya, kata seorang penjual canangsari Ni Made Maryati saat ditemui di Subagan, kemarin, bunga pacar merangkak naik. Dari Rp 5 ribu per 4 kg,naik menjadi Rp 10 ribu per 4 kg, dan terus merangkak naik mendekati Hari Raya Kuningan menjadi Rp 15 ribu dan kemarin sudah tembus Rp 20 ribu. Diperkirakan, dalam beberapa hari ini menjelang Kuningan harga bunga pacar terus naik. Penyebabnya, keperluan meningkat untuk nanding canangsari atau bebantenan, sementara produksi menurun akibat musim hujan.
Maryati mengatakan, harga jenis bunga lainnya seperti kenikir juga tinggi menjelang hari raya Galungan minggu lalu, dan sempat turun dan dalam beberapa hari ini sudah tampak merangkak naik. ‘’Tadi pagi (kemarin-red), saya membeli bungan kenikir di pasar Rp 8.000 setengah kg. Itu berarti Rp 16 ribu per kg. Besok lusa kian mendekati Kuningan pasti naik lagi. Namun seperti pengalaman hari raya sebelumnya, kenaikannya tak setinggi seperti saat menjelang Galungan,’’ paparnya.
Di lain pihak, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karangasem Ir. I Wayan Supandi mengatakan, bunga-bungaan merupakan jenis tanaman holtikultura yang sangat favorit ditanam petani di Karangasem. Berbagai jenis bunga yang banyak diperlukan untuk sarana nanding canangsari atau banten saat hari baik, hari suci seperti banyak piodalan/aci atau hari raya umat Hindu di Bali itu, mudah ditanam pada lahan basah atau lahan sawah dan ladang di bagian selatang wilayah Karangasem. Hanya, karena harga bunga-bungaan itu berfluktuasi sesuai kebutuhan umat Hindu, petani sudah memiliki jadwal tanam sendiri, seperti halnya tanaman holtikultura lainnya seperti terong, tomat atau cabai yang harganya kerap melonjak menjelang hari raya Galungan dan Kuningan, terlebih ketika produksi tidak melimpah, maka harganya melangit. ‘’Petani di Karangasem sangat suka menanam jenis holtikultura itu. Umumnya ditanam secara tumpangsari, sehingga saat satu jenis tanaman terkena serangan hama atau penyakit, maka masih ada harapan petani akan panen jenis tanaman lainnya yang harganya menjanjikan,’’ paparnya.
Menurutnya, pihaknya terus mendorong petani untuk kreatif dan inovatif dan berusaha tani. Selain menerapkan teknologi dan mengatur pola tanam, sesuai musim dan perkiraan panen serta penyerapan produk di pasaran, juga ditanam tanaman pertanian yang unggul. Tahun ini, Karangasem bakal menjadi tuan rumah festival kabupaten penghasil kelapa dan kelapa genjak, sedang digalakkan dibudidayakan lebih banyak di Karangasem. Di pinggir jalan desa, jalan menuju ke pura atau lahan-lahan kosong diharapkan ditanami kelapa oleh petani atau pemilik lahan itu sendiri. (bud)